Oleh: Fadhli Darmawan (Guru di MILBoS Internasional)
ESQNews.id, JAKARTA - "Ketika berada dalam kesulitanmu lalu orang-orang meninggalkanmu, itu bisa jadi karena Allah sendirilah yang akan mengurusmu." _Imam Syafi'i_
Sabar itu terbagi menjadi tiga perangkat, sabar untuk selalu melakukan taat, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar menerima takdir tuhan yang telah dicatat.
Mus’ab bin umair adalah salah satu sahabat yang hidupnya sangat beruntung. Ia lahir dari keluarga yang kaya dan tersanjung. Kesehariannya dihiasi dengan keni’matan dan kenyamanan. Apapun yang ia inginkan pasti akan dikabulkan.
Tapi semua berubah ketika islam datang. Karena saat bersua dengan Rosulullah hatinya menjadi lebih tenang. Ia memilih bersama beliau untuk ikut serta menjadi pejuang. Memperjuangkan kebenaran dan kemenangan di medan perang. Ibundanya sangat marah saat mengetahui anaknya menyembah selain berhala. Awalnya ia dikurung dalam sebuah ruangan rasa penjara. Hingga akhirnya kabur dari rumah demi memeluk agama islam yang mulia.
<more>
Dari Mus’ab kita belajar bahwa hidup dalam kemegahan bukanlah tolak sebuah kesuksesan. Ia rela meninggalkan semua kemewahan, demi harga surga yang hanya bisa dibayar dengan iman. Bahkan tidak menunggu waktu lama, Allah langsung menjadikannya duta islam pertama. Mempersiapkan masyarakat Madinah agar menerima Islam secara sempurna. Dan menghadiahkannya pangkat syuhada.
Rosulullah -shalllahu’alaihi wasallam- bersabda, “Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah Ta’ala, niscaya ia akan diberikan ganti olehNya dengan sesuatu yang lebih istimewa.”
Memang seringkali hidup ini tidak masuk akal ketika dicocokkan dengan logika. Seringkali terlihat sangat kotor jika hanya dilihat dengan kasat mata. Jangankan kita yang hanya manusia biasa. Sekelas Nabi pun pasti pernah diterpa masalah dalam hidupnya. Masalah menghampiri siapapun tanpa ada kata tanya. Mulai dari tantangan hidup yang menghadang, ranting cobaan yang menghalang, derasnya arus kebathilan yang menerjang, hingga berbagai ujian yang mengekang.
Tapi ketika ada banyak sekali cobaan mendera. Bisa jadi itulah pertanda bahwa Allah ingin mempersembahkan cintaNya. Dalam sebuah hadits yang telah di garansi oleh Ath-Thabrani, Rosulullah -shallahu’alaihi wasallam- bersabda, “Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji olehNya.”
Kebanyakan dari kita saat ini mengidolakan seseorang hanya karena persoalan paras. Padahal, menjadikan figur di atas sebagai idola rasanya lebih pantas. Selain kita bisa meneladani kepribadian mereka yang sangat berkualitas. Kita juga akan mengerti bahwa kehidupan ini sangat keras. Kita tidak bisa kalau setiap hari kerjaannya cuma resah, gundah, dan gelisah. Mendapat percikan masalah sedikit langsung merasa lelah. Ayolah. Kita diciptakan untuk berjerih payah, serta beribadah, lalu berserah. Bukan untuk berkeluh kesah, dan akhirnya menyerah.
Allah tidak mengatakan bahwa jalan hidup kita akan selalu lancar. Tapi Dia berfirman, "Aku akan bersama dengan mereka yang mau bersabar."
“Di saat masalah datang bertubi-tubi tak terbendung. Bebaskanlah jiwamu agar tidak terkurung. Yakinlah bahwa semuanya pasti akan rampung. Hadapilah dengan wajah yang tegar, dan senyuman yang bernutrisi sabar. Karena kita punya Allah Yang Maha Besar."