Jumat, H / 29 Maret 2024

Moo

Senin 20 Jun 2022 09:39 WIB

Reporter :EDQP

Tangkapan Layar

Foto: Dokumen Pribadi Mushlihin

Oleh: Mushlihin


ESQNews.id, JAKARTA - Saya didapuk oleh kepala sekolah sebagai ketua panitia kurban. Saya diberi wewenang melengkapi kepanitiaan. Di antaranya penasihat, sekretaris, bendahara dan seksi alias bagian dari tugas untuk mengurusi sesuatu.


Kami berapat. Keputusannya seluruh warga sekolah harus membayar iuran kurban. PNS plus sertifikasi dikenakan iuran Rp. 250.000. PNS non sertifikasi dikenakan iuran Rp.150.000. GTT/PTT dikenakan iuran Rp. 50.000. Siswa dikenakan iuran Rp 20.000. Warga sekolah yang berkurban tidak dikenakan iuran.


Kemudian kami dihubungi seorang alumni. Ia menawarkan hewan kurban (sapi dan kambing gibas). Kami bersegera mengeceknya, tapi sapinya kurang memuaskan.


<more>


Selanjutnya, kami diantar ke pemilik sapi lainnya. Setiba di depan kandang, sapi berumur dua tahun itu melenguh. Bunyinya moo. Kami menduga-duga bahwa sapi tersebut mau dijadikan hewan kurban. Lagian kondisinya bersih dari penyakit mulut dan kaki. Kami pun sangat terkesan.


Hal ini berdasarkan hadis Nabi. Empat jenis hewan kurban yang tidak berpahala yaitu sakit, buta, pincang, dan terlalu tua. Hadis ini diriwayatkan Imam Ahmad.


Akhirnya terjadi tawar menawar. Pemilik menjual sapinya Rp. 22.000.000. Kami menawar Rp. 20.000.000. Pemilik keberatan. Alumni memberikan solusi. "Bagaimana jika sapi dihargai Rp. 21.000.000 dengan bonus 2 kambing?" Deal. Kami bersepakat, dan menandatangani kwitansi, bahkan sapi ikut bersuara lagi "moo." Artinya mauu..!


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA