Minggu, H / 19 Mei 2024

Menciptakan Tokoh Cerita

Sabtu 10 Apr 2021 11:11 WIB

Reporter :Endah Diva Qaniaputri

Ilustrasi

Foto: Medium.com

ESQNews.id, JAKARTA - Tokoh cerita adalah orang atau benda yang mengambil peran sebagai pusat penceritaan dalam cerpen/novel. Biasanya tokoh ini ada dua sifat, protagonis yakni tokoh yang mengusung peran sebagai orang yang pesan-pesan yang baik.

Tokoh antagonis adalah tokoh yang memerankan karakter orang bertentangan dengan karakter tokoh protagonis, yang sering menimbulkan gesekan dalam cerita. 

Dilihat dari kedudukannya, ada tokoh utama (yang dominan terlibat dalam cerita) dan tokoh pendukung.

Menurut tim KMCO, jumlah tokoh utama yang dilibatkan dalam sebuah cerpen sebaiknya tidak lebih dari 3 orang. Karena kalau tokoh utama terlalu banyak dalam sebuah cerpen, dapat menyulitkan penulis sendiri untuk mendetailkan masing-masing karakter tokohnya. Hal ini dikarenakan keterbatasan halaman dalam sebuah cerpen. Sehingga berefek kepada pembaca yang gagal mendefinisikan masing-masing karakter tokoh tersebut secara detail.

Sama seperti dunia nyata, tokoh dalam sebuah cerita harus memiliki identitas, kemauan, pikiran dan perasaan. Untuk inilah, dibutuhkan adanya karakter. Semakin kuat karakter tokoh, akan semakin nyata keberadaannya dalam imajinasi pembaca.

Karakter tokoh dalam sebuah cerpen seharusnya memiliki perbedaan yang kentara atau mencolok satu sama lain. Pembaca dengan mudah bisa membedakan kepribadian masing-masing tokoh tersebut. Misalkan:

Karakter tokoh A: keras hati, egois, mau menang sendiri.
Karakter tokoh B: pemalu, pendiam, pendendam.

Ketika kedua karakter tokoh yang berbeda ini bertemu, dipastikan akan timbul persinggungan, pertentangan, dan perselisihan yang dapat menyulut konflik.



<more>


Lalu, bagaimana kalau tokohnya cuma satu orang?

Sama saja, kalian juga harus menciptakan karakter yang saling bertentangan. Misalkan tokoh cerita bernama Anto, karakternya tegas, berwibawa, selalu jadi panutan dan teman-teman di kelas segan kepadanya. Tapi kalau di rumah, Anto selalu disalahkan kalau menegur adiknya yang nakal sehingga dia tidak sanggup mengatur adiknya sendiri.

Sebagai penulis kita harus mengenali lebih dalam karakter tokoh cerpen kita. Karena itu, kamu harus tahu luar dalam mengenai jatidiri tokoh cerpen yang kamu ciptakan itu. Maksudnya?

Tokoh yang kamu ciptakan itu harus punya nama, tanggal dan tempat lahir,  domisilinya di mana, apa saja yang menjadi kesukaannya, minatnya, perhatiannya, hal-hal yang dibencinya, kekasihnya, jandanya, anaknya berapa, pekerjaanya, sudah punya rumah atau masih ngontrak, makanan kesukaannya, warna favoritnya, temannya, orang-orang yang dicintainya, teman kecilnya, pengalaman yang tidak pernah dilupakan seumur hidupnya, cara dia berjalan, cara berpakaian, makan dan lain sebagainya.

Makin kuat kamu menghadirkan latar belakang tokoh cerita kamu itu, semakin hidup gambaran yang ditangkap pembaca.

Tidak harus ditulis semua. Bisa-bisa isi cerpen kamu cuma isinya CV (curriculum vitae) alias biodata si tokoh. Yang penting kamu harus tahu “luar dalam” dari tokoh cerita kamu itu, dan mengetahui semua tentangnya sampai pada masalah paling pribadi sekalipun.

Pengungkapan tokoh cerita bisa dengan menyebut namanya, atau dengan kata ganti baik orang pertama (aku, aku, kami), kedua (kamu, kau, Anda, kalian) atau ketiga (dia, ia, mereka). Tokoh cerita juga ada kalanya benda mati seperti meja, kursi, jendela, pintu. Atau, binatang dan bisa juga tumbuh-tumbuhan seperti bunga, rumput, benalu, pohon dan sebagainya.

Contoh:

Sebuah kursi yang marah dibuang ke dalam gudang.

Pohon pinang yang congkak karena batangnya menjulang ke langit.

Induk ayam yang bersedih karena anaknya disambar elang, dsb.

Hampir semua benda atau makhluk hidup (yang kasat mata maupun tidak, makhluk asral) bisa dijadikan tokoh ceritamu. Tentu ini perlu pendalaman untuk menghidupkan tokoh cerita tersebut, yang memberikan sifat dan karakter yang melekat di benak pembaca. 


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA