Minggu, H / 19 Mei 2024

Ketika Realita Tak Seimbang dengan Self Image; Penyebab Depresi pada Kate Spade.

Kamis 07 Jun 2018 10:37 WIB

Gina Al ilmi S.Psi

Kate Spade di salah satu gerainya

Foto: nypost.com

NEW YORK - Amerika Serikat.  Kesehatan mental, terdiri dari komponen Self Acceptance (penerimaan diri) dan Self Awareness (rasa mawas diri). Demikian menurut ahli Psikologi Perkembangan dari Amerika Serikat, Elizabeth B Hurlock (1981). Tanpa kehadiran salah satunya, respon seseorang tidak akan kongruen (selaras) dengan situasi dan sekeliling dimana seseorang berada. 

 

Baru kemarin, dunia fashion kehilangan seorang icon dengan cara yang sangat mengejutkan. Kate Spade ditemukan mati karena menggantung dirinya dengan scarf merah. Padahal, ia memiliki segalanya. Ia pemilik merk Kate Spade yang secara internasional telah memiliki reputasi tinggi sebagai brand yang mencerminkan karakter ceria dan bahagia.  Di apartemennya di kota New York, yang merupakan salah satu pusat fashion dunia. 


Namun, kondisi dari Kate sendiri, tidak sejalan dengan imaji brand-nya. Ini sangat disadarinya (kate aware tentang itu), namun tidak bisa menerima kondisinya tersebut, dan tidak berusaha mencari jalan keluar dari depresi yang dideritanya. Ia tidak bisa melakukan self acceptance atas kondisi kesehatan mentalnya. Terlalu memikirkan imaji diirnya, Kate berkali-kali menolak saat kakaknya dan suaminya ingin mengantarkannya ke klinik kesehatan mental untuk mengatasi depresi yang dideritanya. 

 

Materi, memang bukan sumber kebahagiaan. Perempuan masa kini, yang senang membeli berbagai barang bermerk, menyangka bahwa kebahagiaannya datang dari itu. Memiliki item fashion bermerk, menjadi impian banyak kaum perempuan kosmopolitan.  Bahkan banyak dari mereka yang mau melakukan apapun, agar keinginan materi tersebut dapat terpenuhi. Hal yang akan makin menjauhkan mereka dari kebahagiaan.

 

Pakaian yang kita kenakan, mendatangkan penilaian sosial orang. Banyak orang yang menyadari ini, dan bahkan terlalu aware/peduli dengan hal ini, karena mereka tidak dapat menerima (self acceptance) terhadap kondisi real dirinya. Hingga tidak memikirkan apakah mereka mampu atau tidak.

 

Banyak karyawati yang menggunakan kartu kredit mereka, untuk membayar beragam pakaian dan aksesori yang diinginkan. Agar terlihat lebih baik. agar tampak lebih keren. Agar terlihat mapan, kaya dan lain sebagainya. Banyak orang tertipu dengan ilusi self image-nya sendiri. Banyak orang terperangkap dalam upaya untuk membangun imaji yang tidak mencerminkan keadaan dirinya yang sebenarnya, hingga rela terjebak dalam hutang berjumlah puluhan hingga ratusan juta.

 

Kondisi kesehatan mental Anda, bagaimanakah? Dengan membaca artikel ini, dapatkah menemukan cerminan akan diri? Untuk mengatasi kehampaan eksistensial yang menyebabkan Kate sampai bunuh diri inilah, kita harus kembali pada kecerdasan spiritual.

 

Dalam kecerdasan spiritual, kita tidak menjadikan penilaian orang lain sebagai patokan. Tapi kita jadikan penilaian Tuhan, sebagai tempat bersandar yang akan selalu membuat kita nyaman. Merasa nyaman dengan diri sendiri, adalah salah satu kunci kebahagiaan. Mampu menerima keadaan diri sendiri, adalah kunci bagi kesehatan mental.

 

Kita juga harus memiliki pemahaman yang lurus tentang hal-hal apa yang kita harus mawas diri. Tentunya bukan tentang penampilan, tapi lebih tentang perilaku kita pada orang lain. Bagaimana kita diharapkan untuk selalu bersikap baik pada orang lain. Bagaimana kita bisa menebarkan kebaikan dan menolong lebih banyak orang.

 

Tak apa bila kita tidak selalu tampil sempurna, namun di hati, kita memiliki kebaikan. Memiliki hati yang utuh dan sempurna, jauh lebih dibanding memiliki hati yang sepotong, yang tercabik-cabik karena memikirkan penilaian orang lain pada diri kita. (Gina Al ilmi)  


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA