Selasa, H / 14 Mei 2024

Success Story Santo Umar Takihara [Part 1]

Selasa 04 Jun 2019 13:55 WIB

Source :ESQ Magazine

Santo Umar Takihara

Foto: dok. pribadi

ESQNews.id - Kesuksesan tidak datang begitu saja, melainkan butuh proses panjang dan tindakan nyata untuk meraihnya. Berbekal keyakinan, kegigihan dan keuletan, pria bernama lengkap Santo Umar Takihara ini menjadi seseorang yang memiliki jiwa entrepreneurship yang kuat.


Kesungguhannya dalam berbisnis sudah terlihat sejak Santo masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 1. Kala itu pria kelahiran Palembang 15 Desember 1967 ini sudah menggeluti dunia bisnis dengan menjadi pedagang emas.


“Sewaktu saya kecil, om saya meninggal. Tante saya suruh saya bantu dagang emas. Jadi waktu SMP sampai Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), kegiatan saya itu dagang emas, jual beli motor dan mobil bekas, sekolah dan kursus akuntansi,” tutur Santo saat ditemui di kediamannya di Jakarta Barat, Selasa 18 Juni 2013.


Meski begitu ia sempat bersitegang dengan ayahnya yang menyuruh ia untuk meninggalkan semua kegiatannya, kecuali hanya fokus sekolah. Namun ia tetap pada pendiriannya yang ingin berbisnis dengan alasan ingin mandiri dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya.



Baca Juga : Success Story Santo Umar Takihara [Part 2]


Santo merupakan pria keturunan Palembang, Jepang, dan China. Ibunya merupakan penduduk asli dari Palembang. Sementara kakeknya keturunan Jepang dan neneknya keturunan China Taiwan.


Sewaktu duduk di Sekolah Dasar (SD), Santo pernah mengalami perjalanan yang panjang dalam mencari jati dirinya. Proses pencariannya itu berlanjut hingga ia memasuki usia remaja. “Saya memang dari kelas 2 SD, sudah Islam tapi belum di syahadatkan, tapi sudah shalat dan belajar Al quran (mengaji)” ujarnya.


Meski begitu, hampir semua agama pernah diikutinya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memilih Islam sebagai agama terakhir yang dianggapnya paling benar. Setelah lulus SMEA, dirinya baru disyahadatkan oleh orangtua angkatnya.


“Saya ikut semua agama. Saya pernah masuk gereja, masuk ke vihara, klenteng, masjid. Dulu waktu masih SD sampai SMEA, saya sudah mulai merasakan dan mengatakan kepada diri saya sendiri bahwa Islam ini kayaknya lebih benar. Kenapa? Karena kalau Islam ini sembahyangnya itu sehari lima kali. Jadi begitu kita mau berbuat sesuatu yang jahat, eh disuruh menghadap Tuhan lagi,” paparnya.


Setelah lulus SMEA, Santo bekerja di bank. Meski begitu, ia tak menghilangkan keinginannya untuk menjadi pengusaha sukses. Alhasil ia masih melanjutkan usaha jual beli mobil bekas. Santo mengenyam pendidikan SD, SMP, SMEA hingga kuliah di Palembang.


“Begitu kuliah saya aktifitasnya berubah. Pertama saya bantu tante di otomotif Toyota karena tante pada waktu itu pegang dealer Toyota. Tak lama di sana saya masuk bank. Nah pada waktu di bank saya juga ngurus bengkel punya om. Jadi Sabtu dan Minggu saya pergi ngurus bengkel, saya ngurus administrasi termasuk keuangan,” tuturnya.


Setelah lulus kuliah, Santo masih bekerja di bank sambil menjadi dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, mengajar mata kuliah pengantar bisnis. Di saat yang sama ia tetap menjalankan usaha jual beli mobil bekas yang sudah ditekuninya sejak masih SMEA dan juga menjadi agen asuransi jiwa.


Pada tahun 1996, Santo merantau ke Jakarta untuk bekerja di salah satu perusahaan multi finance terbesar di Indonesia. “Saya hijrah ke Jakarta ditarik oleh salah satu perusahaan multi finance terbesar di Indonesia untuk mulai membuka perusahaan yang bergerak di bidang multi finance automotif,” imbuhnya.


Memasuki tahun 2000, Santo memutuskan untuk fokus berbisnis. Berbagai macam bisnis mulai dari makanan dan minuman pernah digelutinya. Tak ingin berhenti di situ, Santo mulai mencoba mengembangkan bisnisnya di bidang perhotelan. Tahun 2009, Santo mendirikan Hotel Aston Palembang, dan di tahun 2011, Santo juga mulai mendirikan Hotel Fave Palembang.


Tak hanya itu, kini bisnisnya juga merambah ke berbagai jenis bisnis yang berbeda. Sebut saja mulai dari Main Dealer Suzuki untuk provinsi Sumsel Bengkulu, trading batu bara. Belum lama ini ia juga mendirikan Takihara Center ( business consultant & learning center).


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA