Senin, H / 13 Mei 2024

Ary Ginanjar Ajak Ratusan Calon Jamaah ESQ Tours Travel Maknai Perjalanan Haji Sebelum Berangkat di Bulan Juni 2023

Sabtu 13 May 2023 13:13 WIB

Reporter :Nisa Mufidah

Potret saat kegiatan berlangsung

Foto: dok. ESQ

ESQNews.id, Bogor - Persiapan keberangkatan jamaah haji sangat diperhatikan secara detail oleh ESQ Tours and Travel yang memiliki slogan “Meaningful Journey”. Salah satu rangkaian persiapannya adalah kegiatan manasik haji yang diadakan di Hotel Aston Bogor pada tanggal 12 - 14 Mei 2023.


Memaknai pemahaman terkait kalimat talbiyah “Labbaik Allahumma Labbaik” yang dilantunkan ketika haji, Ary Ginanjar selaku Founder ESQ Group menyambut para calon jamaah untuk senantiasa memiliki jiwa yang berpasrah dan bergantung hanya kepada Allah dalam sesi Makna dan Hikmah Haji.




“Hati anda harus haji sebelum haji. Paham mengenai Labbaik Allahumma Labbaik, bergantung hanya kepada Allah, memberikan hati sepenuhnya untuk haji bertemu Allah, memenuhi panggilan-Nya," katanya di hadapan sekitar 256 calon jamaah haji.


Pentingnya membersihkan hati sebelum haji dikatakan oleh Ary Ginanjar supaya tidak sama dengan orang-orang yang sudah melaksanakan haji namun tidak ada perubahan dalam diri. 




Ratusan orang pergi haji dari Indonesia, sebagian jumawa atas gelar haji-nya, sebagian ingin dihormati dan dihargai atas kepulangannya dari perjalanan haji. Bukan berubah secara spiritual dalam diri dan menunjukkan kecintaan terhadap panggilan Allah.


“Maka, saya buat ESQ Tours dan Travel ini untuk mempelajari letak kesalahan dari kepulangan haji yang tidak ada perubahan. Dilihat dari tiga niat keberangkatan haji.” 




Keberangkatan haji merupakan panggilan seperti layaknya di akhir Bulan Ramadhan, berbondong-bondong muslim mengadakan ritual pulang kampung karena kerinduaan berjumpa dengan keluarga. 


Kerinduan serupalah bahkan harus lebih besar yang semestinya ada pada hari-hari sebelum keberangkatan haji. Rasa rindu kepada Allah. Membesarkan niat untuk memberikan perjumpaan yang indah mengobati rindu kepada Allah.


<more>


Ada tiga niat kepergiaan haji yang dikatakan oleh Ary Ginanjar,


Dorongan niat strong why, beralaskan finansial, rasa mampu untuk berangkat secara materi.


Yang kedua dorongan dari big why, secara emosional ada landasan ingin dihormati, menikmati gelar haji yang menjadi pujaan masyarakat.




Dorongan ketiga, yang semestinya ada dalam hati para calon jamaah haji yakni grand why. Meniatkan diri untuk mendapatkan ampunan, pahala, surga, ridha Allah, dan yang paling dahsyat adalah untuk mendapatkan cinta-Nya Allah atas perjumpaan jamaah haji dengan Allah di tanah suci.


Sejatinya perjalanan haji adalah kisah Ibrahim AS dengan putranya, Ismail AS.


“Momentum ketika Ibrahim AS hendak menyembelih Ismail AS, putra tersayangnya. Itu yang harus kita dapatkan spirit Ibrahim ketika pergi menunaikan ibadah haji. Menanggalkan semuanya hingga yang tersisa hanyalah cinta kepada Allah SWT.”




Ary Ginanjar menundukkan kepala, mengajak para calon jamaah haji untuk menghayati kisah Ibrahim AS yang mengutamakan kecintaan-Nya kepada Allah Ta’ala.


Bagaimana Ibrahim melalui banyak ujian atas kecintaan terhadap Allah, mulai dari penantian panjang kehadiran Ismail AS bertahun-tahun lamanya. Ketika Ismail lahir, diperintahkan untuk ditinggalkannya di padang pasir bersama istrinya, Siti Hajar. Penuh sesak cintanya sudah kepada Ismail AS, kerinduan atas Ismail membuat Ibrahim AS sangat menyayangi putranya yang tumbuh dewasa.


Allah menguji Ibrahim AS lagi, dengan memerintahkan untuk menyembelih Ismail AS. Manakah yang lebih Ibrahim AS cintai? Perintah Allah ataukah putra kesayangannya?


Mengutip dari Mutiara Tauhid Renungan #225 Qurban oleh Permadi Alibansyah, 


“Setiap kita adalah IBRAHIM. Dan setiap Ibrahim punya ISMAIL. Ismail-mu mungkin hartamu, jabatanmu, gelarmu, egomu.


Ismail-mu adalah sesuatu yang kau sayangi dan pertahankan di dunia ini.


Ibrahim tidak diperintah Allah untuk membunuh Ismail, Ibrahim hanya diminta Allah untuk membunuh rasa KEPEMILIKAN terhadap Ismail. Karena hakekatnya, semua adalah milik Allah.”


Banyak sekali ujian yang akan hadir selayaknya kisah Ibrahim dalam perjalanan haji. Ary Ginanjar menguatkan para calon jamaah dengan mengatakan,


“Keep strong. Banyakin istighfar dan taubatan nasuha. Istighfarlah setiap hari. Ucapkan Laa Ilaha Illallah. Keputusan untuk pergi haji meninggalkan segala urusan pekerjaan, bisnis, keluarga itu sudah sangat luar biasa. Namun, ujian itu tidak akan pernah putus. Keep strong.”




Perjalanan haji akan diuji dengan tiga macam kebahagiaan, Ary Ginanjar menyebutkan ada physical happiness, emotional happiness, dan spiritual happiness. 


Bentuk dari physical happiness boleh jadi materi yang membuat kita terlena akan seharusnya niat haji yang tulus. Mulai dari penginapan yang mewah, tempat tidur yang enak, makanan yang enak, yang melupakan hakikat haji untuk beribadah dan mencari cinta Allah.


Adapula emotional happiness, perjalanan haji ini akan penuh dengan emosi yang beragam, perasaan merasa lebih baik dibanding yang lain, perasaan merasa lebih hebat.


“Maka, perjalanan haji ini harus ada di titik nol emosinya. Maka, di tanggal 9 Dzulhijjah, anda ihram, dua kebahagiaan tersebut dilepas. Physical happiness dan emotional happiness. 


Tidak ada pakaian mewah, hanya pakaian ihram. Tidak ada parfum untuk membuat anda merasa lebih hebat dan berbeda dari yang lain.


Semua dilepaskan, hingga yang tersisa hanyalah cinta. Hati anda benar-benar ingin Allah, dan Allah ingin anda.”


Spiritual Happiness inilah yang disebut Ary Ginanjar sebagai yang paling sulit dalam perjalanannya. Bagaimana jamaah haji dapat memaknai perjalanan ini betul-betul atas dasar kecintaan terhadap Allah SWT.


Sebanyak apapun harta yang dimiliki, sehebat apapun jabatan yang ditunggangi, yang terpikirkan hanyalah wajah Allah. Inilah spiritual happiness, yang dicari.


“Hingga anda mendapatkan kalimat kemesraan dari Allah,”


Yaa ayyatuhan-nafsul-muṭma`innah (Wahai jiwa yang tenang),


Irji’i ila rabbiki radhiyatam mardhiyyah (Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya) Fadkhuli fii ibadi (Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu)


Wadkhuli jannati (Masuklah ke dalam Surga-Ku). QS. Al-Fajr; 27-30.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA