Selasa, H / 14 Mei 2024

Sabar dan Jembar

Rabu 30 Aug 2023 10:35 WIB

Atiqoh Hamid

ilustrasi.

Foto: google image


Oleh : Atiqoh Hamid

ESQNews.id - Sebagian besar dari kita pasti sangat akrab dengan kata sabar. Entah dimaksudkan mengucap pada diri sendiri, untuk orang lain, atau pun mendengar orang mengucapkannya untuk kita. Masalahnya adalah seberapa mampu kita menerapkan prinsip-prinsip kesabaran dalam menghadapi problem hidup?



Cobaan, kesulitan hidup, tidak tercapainya tujuan, ketidaknyamanan, seringkali dijadikan dalih untuk mengeluhkan kondisi yang dialami seseorang. Ada yang merasa hidupnya dipenuhi beragam masalah. Menilai hidupnya jauh dari kebahagiaan. Mengganggap dirinya tidak beruntung, dan lalu membandingkan dengan kehidupan orang lain. Ini yang seringkali terjadi pada orang yang belum bisa bersabar dengan beberapa proses hidupnya.



Sabar diartikan sebagai menahan. Dari kesusahan dan ego. Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya.



Dalam surat Al-Baqarah: 153, Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”



Kesabaran adalah salah satu ciri mendasar orang yang bertakwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran adalah setengah keimanan. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran. Tapi tentu bagi sebagian orang, sabar adalah sesuatu yang mudah diucapkan namun sulit dipraktikkan, meski tidak demikian halnya bagi mereka yang telah menemukan jalan tepat menuju ke sana. Kesabaran menjadi lebih mudah digapai.



Orang yang mengeluhkan sulitnya memiliki keturunan, tapi di sisi lain banyak keponakan dan anak yatim yang dapat dibantu, maka bersyukur dalam kesabaran pasti akan dapat membahagiakannya. Atau, seseorang yang diberhentikan kerja oleh atasan, pada awalnya mungkin akan marah dan mengeluhkan kesulitan yang dialaminya. Namun, ketika di kemudian hari ia justru berhasil menjadi orang sukses, apakah ia akan tetap menyesali keadaannya dahulu atau justru bersyukur?



Orang yang sangat sulit salat subuh pada waktunya, apalagi bangun salat malam, maka tatkala dia memaksa diri untuk bangkit dari tidur, meski hawa dingin begitu membuat enggan, maka ini adalah sabar dalam beribadah. Sabar juga dapat berupa tersenyum dan lapang dada ketika ada yang menghujat, dan lalu membalasnya dengan doa yang baik.



Namun dengan ini jangan lalu sabar diartikan semata-mata menerima nir kemampuan, atau bahkan identik dengan ketertindasan. Sekali lagi tidak. Sabar sesungguhnya adalah tentang pengalahan hawa nafsu, menyikapi masalah dengan bijak, dan pandai menahan ego. Sabar memiliki kekuatan untuk merubah kondisi, pribadi maupun sosial. Menuju pada keadaan yang lebih baik lagi. Sabar adalah kerja keras, sabar adalah motivasi, dan sabar adalah suplemen hidup bahagia.


Sabar sangat berkaitan erat dengan Jembar. Yang bermakna keluasan hati dan kelapangan dada. Dalam bahasa Sunda, Jembar juga diartikan dengan luas, banyak dan tidak picik. Orang yang pandai bersabar dalam hidupnya, niscaya hidupnya akan jembar dan bahagia.



Maka, berbahagialah orang-orang yang telah menemukan jalan sabar. Jalan yang jembar dan melapangkan orang lain. Mari sabar dalam ketaatan. Sabar dalam menjalankan tanggung jawab. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan. Sabar dengan amanah dan jabatan. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat dan tentu sabar dengan kerasnya kehidupan.


*Atiqoh Hamid
Penulis adalah Pengasuh PP Miftahul Jadid, Banyuanyar, Kalibaru Banyuwangi
Ingin tulisanmu dimuat di ESQNews.id? kirimkan ke email kami di [email protected]


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA