Selasa, H / 14 Mei 2024

Menikmati Pesona Sinjai [Part 2]

Jumat 13 Dec 2019 14:45 WIB

Author :Redaksi

Pesona Sinjai

Foto: instagram



Baca juga: Menikmati Pesona Sinjai [Part 1]


ESQNews.id - Batu Pake (Bahasa Bugis Sinjai) artinya batu yang dipahat. Dan Gojeng adalah nama kawasan seluas setengah hectare tersebut. Di atas puncak bukit memang terdapat batu-batu alam dengan ukuran yang bervariasi, berjejer rapi. Konon batu-batu tersebut adalah makam kunio raja yang pernah berkuasa sekitar abad ke-15. Sang raja yang dikenal sebagai “To Manurung,” dimakamkan di tempat tersebut di samping istrinya, serta tujuh dayang-dayang (pembantu) yang tak diketahui namanya.

 

Hingga sekarang, latar belakang sejarah Batu Pake Gojeng masih simpang siur. Tapi, berdasarkan data arkeologis dan artefak yang ditemukan, diyakini bahwa di situs itu pernah ada aktifitas manusia pada masa lampau.

 

“Yang saya ingat dari cerita orangtua saya, tempat ini sudah ada sejak zaman Belanda. Dari puncak pohon itu, mereka dapat melihat kedatangan kapal musuh yang akan memasuki perairan Sinjai,” kata H. Abdul Hakim, tokoh masyarakat, sambil menunjuk sebuah pohon cemara raksasa yang kokoh menjulang tinggi tak jauh dari tempat saya berdiri.

 <more>

Situs bernilai sejarah tinggi itu mulai mendapat perhatian sejak 1974. Lalu, pada 1980-1990, direhabilitasi dan dijadikan objek wisata oleh Pemkab Sinjai. Pemerintah kabupaten kemudian melengkapi dengan berbagai macam fasilitas untuk menarik minat pengunjung. Sebuah rumah panggung disediakan sebagai tempat istirahat, juga untuk menyimpan berbagai jenis batu-batuan kuno yang terdapat di sekitar situs Batu Pake.

 

Sangat mudah untuk sampai ke taman purbakala tersebut, sebab ia memang terletak di tengah kota Sinjai, tepatnya di bagian barat kota kabupaten yang berjarak dua ratus kilometer dari arah selatan kota Makassar itu. Perjalanan dari kota Makassar ke kota kabupaten berlambang kepala kuda itu dapat di tempuh dengan angkutan umum selam 4-5 jam. Memasuki obyek wisata purbakala itu pun tak perlu merogoh kantong terlalu dalam, cukup dengan Rp 1.500 pengunjung sudah dapat menikmati kesejukan dan keindahannya.

 

Taman itu paling ramai dikunjungi warga setiap akhir pekan, teurtama sore hari menjelang sunset (matahari terbenam) di sebelah barat. Saat memasuki liburan sekolah, Batu Pake Gojeng seringkali dimanfaatkan oleh guru-guru sekolah untuk membawa siswanya berkunjung. Selain berekreasi, mereka juga bisa belajar tentang sejarah dan berbagai jenis flora dan fauna langka yang ada di sana.

 

Tak hanya warga Sinjai, kabupaten tetangga seperti Bulukumba dan Bone serta daerah lainnya juga banyak mengunjungi objek wisata yang cukup dikenal itu. Bahkan, seorang warta asal Gunung Kidul Yogyakarta, Agus Sutikno, yang berkeliling Indonesia dengan mengendarai sepeda onthel, menyempatkan diri mampir ke Sinjai khusus untuk melihat dari dekat taman Purbakala Batu Pake Gojeng, awal Juni lalu. Beberapa artis Ibu Kota yang pernah mengunjungi Sinjai pun selalu menyempatkan diri ke taman tersebut. “Setiap pengunjung selalu merasa betah berlama-lama di tempat ini, karena berada di Gojeng serasa menyatu dengan alam,” kata Lukman, alumni ESQ asal Sinjai.

 

Sebagai tempat bersejarah sekaligus sarana rekreasi, banyak pengunjung menaruh harapan agar Pemkab Sinjai lebih memaksimalkan pengelolaan objek wisata andalan tersebut. “Pemkab seharusnya lebih serius lagi memerhatikan kawasan wisata ini. Sangat potensial untuk dikembangkan lebih baik lagi,” kata Abdul Haris sambil menunjuk beberapa fasilitas, seperti gazebo.

Kami akhirnya mengakhiri kunjungan di Taman Purbakala Batu Pake Gojeng setelah mengabadikan diri melalui beberapa jepretan kamera.

 

Artikel ini telah tayang di ESQ Magazine edisi Oktober 2008.

Ditulis oleh M. Ilham Muchtar



Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA