ESQNews.id, LUMAJANG - Matahari belum seutuhnya muncul dari ufuk timur mata angin, membuat cahaya pagi itu terasa remang. Namun sudah banyak terlihat petani dengan traktornya berjalan menuju sawah. Mereka hendak membajak lahan yang baru usai panen dan akan ditanami kembali dengan benih baru padi dan jagung.
Jam dinding menunjukkan pukul 5.45 tanda perjalanan harus
dimulai. Berangkat dari sisi selatan Jawa tepatnya di Kecamatan Puger, Jember,
Jawa Timur perjalanan akan menempuh kurang-lebih 4 jam menuju Puncak B29.
Objek wisata alam ini belum terlalu populer di kalangan
masyarakat umum karena baru sekitar lima tahun belakangan menjadi kawasan
wisata. Pelancong lebih mengenal Bromo atau Semeru yang letaknya saling
berdampingan dengan Puncak B29. Terletak di Kecamatan Senduro, Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur tempat ini menawarkan pemandangan alam berupa hamparan
lahan tani yang begitu tertata rapi dan masyarakat adatnya –Suku Tengger–. B29 bukan sembarang nama, B29 sendiri memiliki arti ketinggian di tempat ini adalah 2900 meter dibawah permukaan laut atau MDPL.
Untuk menuju Puncak B29, pengunjung dapat melalui pusat kota
Lumajang dan masuk ke Jalan Semeru. Namun, tidak ada angkutan umum yang akan
mengantarkan pengunjung sampai ke tempat yang dijuluki Negeri di Atas Awan ini.
Maka dari itu, sangat disarankan untuk membawa kendaraan pribadi, khususnya
motor untuk sampai ke puncak.
Tak seperti Bromo dan Semeru yang harus ditempuh dengan
berjalan kaki untuk sampai ke puncaknya, Puncak B29 dapat dicapai menggunakan
kendaraan roda dua. Namun, jalan yang berkelok dan naik turun membuat tak
sedikit kendaraan harus berhenti sejenak untuk mendinginkan mesin. Tapi, tak jarang
ada kendaraan yang harus mendapat perbaikan di bengkel yang banyak buka di sepanjang
jalan desa Argosari –desa Puncak B29–.
Jika cuaca cerah, di sepanjang jalan pengunjung akan
disuguhkan pemandangan puncak tertinggi Jawa, Mahameru di Gunung Semeru yang
dikelilingi awan dan asap tipis yang keluar dari puncaknya. Di perjalanan pun
banyak sungai berair jernih dengan endapan pasir hasil erupsi Gunung Semeru di
dasarnya. Tak hanya itu, sebelum memasuki jalur khusus puncak B29, terdapat
sebuah Pura besar –Semeru Agung– yang akan ramai jika ada perayaan hari besar
umat Hindu.
Memasuki desa Argosari, pengunjung dapat melihat rumah warga
dengan Patung Hindu di depannya. Patung yang seperempat bagiannya dibalut kain
kuning dengan sajen dan dupa di atasnya digunakan untuk sembahyang. Ya,
sebagian besar warga di sana berasal dari Suku Tengger beragama Hindu. Mayoritas dari mereka berprofesi sebagai petani.
Bidang tanah miring dengan udara yang sejuk masyarakat
manfaatkan untuk menanam kentang, wortel dan daun bawang. Sebagaian dari lahan itu
ada yang sudah panen dan sedang ditanami kembali oleh pemiliknya. Namun, ada
juga petak lahan yang masih kosong dan siap untuk digarap kembali.
Sesampainya di loket masuk Puncak B29, pelancong cukup
membayar Rp5.000,-/orang untuk menikmati pesona alam yang disuguhkan di atas
nantinya. Di loket itu pula akan banyak penjaja jasa ojek motor. Cukup dengan
Rp10.000-Rp15.000 pengunjung akan diantar hingga puncak.
Namun, bagi pelancong yang ingin menikmati udara sejuk dengan
berjalan kaki dapat memarkir kendaraannya di loket masuk. Jalan menuju puncak
cukup baik. Paving blok yang tersusun
rapi dan pemandangan yang menyejukkan tubug dan mata akan menemani langkah
pengujung hingga puncak.
Sekitar 30 menit berjalan kaki dari pintu masuk, pegunjung
sampai di Puncak B29. Lautan Pasir dan Gunung Bromo yang ada di Probolinggo
akan terlihat jelas dari sini. Tak ada yang menghalangi pemandangan tersebut,
karena Puncak B29 dan Gunung Bromo saling berdampingan hanya terpisah oleh
lautan pasir di bawahnya.
Jika datang saat terbitnya matahari, pengunjung akan melihat
lautan pasir tertutup oleh awan dari atas. Maka dari itu, Puncak B29 juga
dijuluki Negeri di Atas Awan. Bagi pelancong yang tak ingin tertinggal
kesempatan tersebut, dapat mendirikan tenda untuk bermalam.
Bagi pengujung yang tidak membawa makanan untuk menikmati
pemandangan dari puncak, tersedia warung tenda yang menjual berbagai minuman
dan makanan ringan. Harga yang ditawarkan cukup terjangkau, mulai Rp5000,- untuk
semangkok mie dan Rp3000,- untuk segelas kopi.
Namun, bagi pelancong yang ingin bermalam di Puncak B29
disarankan untuk membawa persediaan air minum yang cukup. Hal tersebut karena
tidak tersedianya sumber air untuk diminum.