ESQNews.id, JAKARTA - ESQ (ACT Consulting International) akan menggelar sesi eksklusif yakni Leaders Breakfast Club (LBC) pada Kamis, 23 Januari 2025 di Granada Ballroom, Menara 165, Jakarta pukul 09:00 - 12:00 WIB. LBC kali ini fokus berdiskusi santai terkait dengan "Manajemen Talenta Berbasis AI Menghadapi Gig Era."
Para tokoh terkemuka seperti Dr. Bima Arya Sugiarto (Wakil Menteri Dalam Negeri Kabinet Merah Putih), Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, SH., MH (Kepala Badan Kepegawaian Negara), Dyah Roro Esti Widya Putri, B.A., M.Sc (Wakil Menteri Perdagangan Kabinet Merah Putih) akan menjadi narasumber.
Hadir pula sebagai pemateri Mira Tayyiba, S.T., M.S.E.E (Kementerian Komunikasi & Digital), Bayu Hanantasena (President Director & CEO of Lintasarta) dan Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian (ESQ Corp.).
Kurang lebih akan hadir 500 orang dari beragam segmentasi yang berkumpul di moment tersebut. Acara akan dipandu oleh Putri Pamela (Managing Partner ACT Consulting) yang akan memandu perihal cara memilih talenta yang betul-betul berkomitmen, all out saat bekerja, dengan menggabungkan strategi human capital dan teknologi di dalamnya (Artificial Intelligence).
Menariknya, AI Talent Management ini hasil kolaborasi antara ESQ dengan Lintasarta dan Indosat Ooredoo Hutchison.
"Ini menggabungkan kerangka manajemen talenta holistik dari ESQ dengan teknologi canggih sovereign artificial intelligence NVIDIA milik Lintasarta, menjadi yang pertama dan satu-satunya di Asia untuk menjamin keandalan dan keamanan solusi AI berbasis talenta," ujar Ary Ginanjar.
Berkaitan dengan temanya, Era Gig Economy merupakan tren kerja fleksibel terkini yang berkembang pesat, dimana perusahaan kini bergantung pada tenaga kerja kontrak, freelance, atau pekerja lepas untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang dinamis.
Di Amerika sendiri, terdapat lebih dari 57 juta pekerja yang merupakan bagian dari gig economy, seperti dikutip dari Forbes. Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik pada Mei 2019, jumlah pekerja lepas di Indonesia ada sekitar 5,89 juta orang.
<more>
Dalam kesempatannya, Ary Ginanjar menjelaskan bahwa saat ini perubahan zaman sudah sangat pesat, "Kita berada di era Industry 5.0 (Personalization Humanization), era digital, dari sinilah lahir Gig Economy.
SDM bekerja tidak lagi ingin di kantor, ingin fleksibel bekerja dimana pun, lalu 3 sampai 6 bulan kemudian resign. Tentu itu cukup menguras waktu untuk memonitor SDM.
Kemudian ditemukan riset (melansir dari beragam media massa) bahwa 62% pekerja di Indonesia merasa mencari pekerjaan sama sulitnya seperti mencari jodoh. 50% millenial merasa bahwa mereka bekerja tidak sesuai minatnya atau passion.
2 dari 3 pekerja mengatakan bahwa mereka telah menerima sebuah pekerjaan dan kemudian menyadari bahwa pekerjaan tersebut tidak cocok, setengah dari pekerja tersebut berhenti dalam waktu 6 bulan.
Alhasil, 74% perusahaan merasa bahwa mereka telah merekrut orang yang salah. Padahal biaya untuk merekrut atau menemukan talenta seseorang butuh biaya yang sangat mahal dan memakan waktu.
Mirisnya lagi, hanya 20% yang merasa bahwa pekerjaan mereka sesuai minatnya. Artinya, hanya 1 dari 5 orang atau 19% pekerja di Indonesia merasa pekerjaannya saat ini sangat atau sepenuhnya sesuai dengan keterampilan dan aspirasinya," beber Ary.
Pria yang sudah berpengalaman lebih dari 25 tahun menangani sumber daya manusia itu katakan, "Oleh karenanya kita perlu sebuah kecepatan, ketepatan yang sangat tinggi untuk memonitor seluruh karyawan ataupun rekrutmen dengan AI Talent Management.
AI Talent Management, sebuah Teknologi AI yang inovatif ini memungkinkan solusi yang cepat, tepat, akurat, dan hemat biaya dan menjadi langkah awal untuk identifikasi Talent Fit, Job Fit dan Culture Fit dalam 1 detik.
Talent fit (kecenderungan alami seseorang yang mempengaruhi apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dilakukan). Job fit (kesesuaian antara talenta alami individu dengan kompetensi pekerjaan seperti Ijazah, CV). Serta culture fit (kesesuaian antara talenta alami individu dengan nilai-nilai inti organisasi atau budaya kerja).
AI Talent Management juga akan mengetahui bagaimana caranya mengembangkan setiap orang tersebut, jadi bukan hanya hard skill tapi soft skill diasah."
Ary berharap, "Dengan adanya AI ini, maka di tahun 2045 kita sudah punya setidaknya 5 juta talent-talent untuk digital. Talent-talent yang dalam kesehariannya 4 E (Enjoy, Ease, Excellent Earn)."
Uniknya, dasar-dasar atau konsep mengidentifikasi talenta seseorang ini sudah ditemukan 25 tahun yang lalu oleh Ary Ginanjar Agustian. Namun seiring perkembangan zaman, sekarang diramu secara digital, disupport dengan AI, lahirlah AI Talent Management ini.
Info selengkapnya tentang AI Talent Management atau TalentDNA ada di link berikut ini: https://actconsulting.co/ai-talent-management/