ESQNews.id, JAKARTA – Coach
Rendy Yusran (trainer lisensi dari Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian) memandu
training yang bertajuk “Public Speaking Certification”, berlangsung selama 2
hari pada Rabu dan Kamis (24-25/3/2021) secara daring.
Pelatihan itu diikuti
oleh puluhan peserta dari berbagai latar belakang dan profesi yang berbeda. Mereka
hadir dengan tujuan yang sama yaitu sertifikasi resmi dari BNSP, yang
dapat menunjang karir profesional.
“Sebenarnya apa makna
seorang speaker bagi Anda?” tanya Rendy.
Satu per satu peserta
menjawab secara bergantian, saling memberikan ‘suaranya’. Sehingga terjadi
interaksi namun tetap kondusif.
Edy, “Yang penting gak
boleh untuk gaya-gayaan saja. Semakin bisa, semakin rendah diri. Kami ingin bisa
bermanfaat bagi orang lain terutama di bidang pendidikan, apalagi guru-guru itu
luar biasa yah.”
Silvia, “Dengan certified,
orang bisa lebih percaya dengan kita. Sehingga kita menjadi lebih bermanfaat, bukankah
untuk menjadi good speaker harus bisa bermanfaat bagi orang lain? Tentu ya.”
<more>
Mereka menjawab sangat antusias. Karena mereka sadar di era
persaingan bebas seperti ini segala profesi harus memiliki sertifikasi.
Begitu juga sebagai seorang Public Speaker, namun harus lulus uji
kompetensi dulu.
“Good. Namun apakah kita hanya mencari yang terpenting dari tingkat physical, emosional saja? Adakah purpose lain yang lebih tinggi dari itu? Saya akan jelaskan dan jawab melalui ESQ matrix. Bahwa jadi seorang pembicara hebat bukan sekedar purpose yang sifatnya intelektual semata. Kira-kira apa itu? Boleh sharing?” papar pria yang expert di public speaking itu.
Calon certified Public
Speaking mulai merespon melalui chat room, di antaranya:
Ramadhan Eka Putra, “Menjalankan
peran kita sebagai Hamba Allah. Sebagai bentuk ibadah saya kepada Allah.”
Bayu Adhitama (Creativepreneur – MC), “To care, to share, and be impactful are “the grand why” of mine. Karena menurut saya, dalam hidup ini kita bisa mencari sebanyak2 harta tapi masih merasa kurang, bisa mencari sebanyak2 cinta tapi masih merasa kurang, bahkan mencari sebanyak2 tahta tapi masih merasa kurang. Tapi ketika kita mencari sebanyak-banyak manfaat yang bisa kita berikan kepada umat, hidup ini bisa terasa lebih damai, lebih ringan, lebih menyenangkan. Dimana we make the most of of our life untuk bisa peduli dengan orang lain, membantu orang lain yang mau cari sehat, cari berkah, cari nafkah, bahkan menjadi IMPACT untuk PERUBAHAN POSITIF pada hidup orang lain. Alll the things that follow (fame, money, recognition, etc) are just bonuses. And I believe, when we are helping other people, GOD WILL HELP US.”
Made Adnjani, “Saya
hanya ingin menjadi pribadi yang lebih bersyukur dan memiliki kemanfaatan yang
lebin besar bagi orang banyak dengan materi2 yang saya sampaikan ketika
melakukan aktivitas public speaking. Sebetulnya saya bukan pribadi yang suka
untuk berbicara di depan umum, terapi perjalanan hidup membawa saya pada
aktifitas public speaking setiap saat sehingga saya ingin menjalankan amanah
dengen sebaik-baiknya sehingga saya terus belajar untuk menjadi public speaker
yang labil baik lagi dan memiliki tujuan yang mulia yatu menjadi penyampai
kebaikan bagi banyak orang.”
Nur Jaya, “Grand Why
untuk menjaadi public speaker adalah, dengan public speaker yang certified saya lebih bisa menebar manfaat melaui lisan
saya, dengan Bahasa dan retorika yang baik, mudah dipahami dan pesan sampai
kepada audience, semoga menjadi ladang amal jariah bagi saya, saat menyampaikan
hal yang baik kepada orang lain.”
“Good. Apapun yang kita tuliskan, pikirkan, kita serahkan kepada Tuhan. Anda boleh merasa hebat, namun bukan semata karena kehebatan Anda tapi atas pertolongan dari Tuhan, Semoga di sesi ini menemukan makna yang lebih luas dan lebih tinggi untuk seorang public speaker yaitu Grand Why.
Maka mohonlah kepada Allah. Ya Allah jadikan-lah diri ini sebagai perantara lisan, penyambung ilmumu yang penuh makna, apapun profesi dari kami, aamiin,” harap sang trainer bersama pesertanya.