Oleh: Faqih Al Fadlil, Guru di MILBoS Internasional
ESQNews.id, JAKARTA - Sudah menjadi sebuah kebiasaan masyarakat untuk memperingati hari tertentu. Seperti hari Ibu yang orang rayakan kemarin. Sebenarnya saya tidak terlalu hafal mengenai hari spesial seperti itu. Pun saya pribadi tidak pernah merayakan hal semacam itu. Jangankan hari ibu, hari ulang tahun saja tidak pernah. Paling yang diingat hanya hari kemerdekaan Indonesia. Saya tidak pernah mempermasalahkan mengenai hukumnya. Saya hanya tidak tahu dan tidak hafal saja. Mungkin karena tidak pernah merayakannya saja.
Tak dapat disangkal bahwa sosok ibu adalah pahlawan besar di setiap kehidupan orang di dunia. Tidak ada ibu, maka orang tidak ada. Sebab manusia lahir dari rahim ibu (kecuali nabi Adam). Siapapun orang di dunia, tidak akan pernah bisa membalas jasanya. Dari mengandung sampai melahirkan merupakan rentetan atau proses lahirnya sebuah masyarakat. Tanpa adanya ibu, manusia tidak akan eksis lagi.
Dikatakan bahwa ibu adalah madrasah utama. Karena memang ibulah yang mengjari anak banyak hal ketika kecil. Dari duduk, berdiri, berjalan, berbicara, membaca, menulis, dan lain sebagainya. Fitrah wanita (ibu) memiliki kecenderungan untuk mengasihi dan menyayangi lebih besar dari pada lelaki (ayah). Sebab ibu tau bagaimana berat dan susahnya untuk mengandung dan melahirkan. Maka orang yang tau harga sesuatu adalah mereka yang berjuang keras untuk mendapatkannya.
Seorang ibu tidaklah sempurna. Karena ibu adalah manusia. Dari setiap tindakan, pasti ada saja yang salah. Pun juga kita sering menemukan banyak kekurangan dan kelemahannya. Itu sudah wajar. Pasti banyak anak yang lebih pintar dari ibunya. Anak yang lebih kaya dari ibunya. Anak yang lebih tinggi jabatan dari ibunya. Lantas apakah kita bisa mendebat ibu dengan ilmu kita. Pamer kekayaan di depannya. Atau berbuat seenaknya kepadanya. Sungguh itu adalah tindakan yang tercela.
<more>
Seorang muslim akan selalu ingat nasihat nabi bahwa amalan yang paling dicintai Allah setelah shalat tepat waktu adalah berbakti kepada orang tua, terutama ibu. Sungguhh rugi bagi orang yang telah hidup bersama orang tua terutama ibu, tapi tidak bisa masuk surga. Karena begitu besar pahala yang bisa diraih. Dan termasuk para pendosa besar orang yang durhaka kepada orang tua. Jangankan memukul, mengatakan “ah” tanda menolak perintah saja sudah termasuk durhaka.
Sebagai anak, tugas kita kepada orang tua, khususnya Ibu adalah untuk terus berbakti. Tidak boleh meninggalkan mereka terlantar begitu saja. Sebagaimana kasus orang tua yang ditaruh di panti jompo. Atau orang tua yang dilaporkan ke pengadilan karena mengambil beberapa buah pisang. Sungguh fenomena yang aneh. Padahal mereka adalah orang yang melahirkan kita. Merawat kita dari kecil sampai bisa pada posisi dan kondisi sekarang.
Karena berbakti kepada orang tua adalah wajib hukumnya, maka bagi saya pribadi hari ibu adalah setiap hari. Dalam artian, setiap hari harus dan wajib hukumnya untuk berbakti kepadanya. Membantunya, merawatnya, menurutinya, dan lain sebagainya. Adapun orang ingin membuat acara seremonial di hari tertentu, itu sah saja. karena itu sangat erat kaitannya dengan sosial dan sejarah. Semoga kita termasuk orang yang selalu berbakti kepada orang tua, khususuya ibu. Amin.