Kamis, H / 16 Oktober 2025

Teladan Cinta, Kiai Budi [Part 2]

Jumat 29 Sep 2023 09:40 WIB

Author :M. Nurroziqi

ilustrasi.

Foto: zozu site


Oleh : M. Nurroziqi

ESQNews.id -

Baca juga : Teladan Cinta, Kiai Budi [Part 1]


Mencintai Bumi Pertiwi

Sejatinya, tidak sekadar bercocok tanam, memenuhi kebutuhan pangan. Tetapi, mensedakahi bumi adalah wujud akhlak diri di dalam mengekspresikan tidak terhingganya rasa syukur atas anugerah luar biasa berupa bumi pertiwi Indonesia. NKRI tercinta. Sehingga, untuk menguatkan rasa bangga atas bangsa dan negara, di dalam ceramah-ceramahnya, Kiai Budi pasti mengajak para jamaah untuk mengumandangkan lagu-lagu kebangsaan, lagu-lagu anak negeri yang bernuansakan patriotisme. Seringkali, selepas mahallul qiyam, bershalawat atas baginda Rasulullah Saw, disambung langsung dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

"Hubbul wathon minal iman" (cinta tanah air adalah bagian dari iman). Negeri makmur nan kaya raya yang sedemikian rupa, adalah anugerah-Nya. Hanya berkat rahmat Allah Swt kita bisa hidup dengan damai di negeri yang beraneka ragam ini. Bagaimana bisa kita tidak bisa mencintai anugerah-Nya yang sungguh tidak ada duanya ini? Bagaimana mungkin kita berani bertindak semena-mena atas amanah-Nya yang tiada terkira? Lantas, nikmat mana lagi yang akan didustakan?

Ketika banyak anak bangsa yang pesimis dengan negeri segagah ini. Ketika banyak orang-orang pandai dan berpendidikan tinggi hanya disibukkan oleh buih ketidakbaikan prasangka atas negeri seluarbiasa ini. Ketika hadir banyak lisan yang penuh dendam saling bertengkar, hanya sibuk mencela. Kiai Budi mengajak untuk lebih mengenal dan mencintai bangsa sendiri. Tempat kita berpijak. Tempat menghirup udara. Tempat berkehidupan menetapi takdir-Nya.

 

"O, kawan!

Jangan kau hanya berdiri,

di bibir pantai bangsamu ini.

Lalu, kau pandang buih,

dan kau berkesimpulan samudera bangsamu,

: Hanyalah buih!

 

Jangan julingkan matamu,

karena kau adalah anak-anak pelaut yang berbantal gelombang dan berselimut angin.

Lalu, menyelamlah di kedalaman samudera bangsamu.

Kau akan temukan butiran mutiara tak terkira,

: Pada setiap dada warganya!

 

Keragaman yang tak terkira,

dibungkus sesanti Bhineka Tunggal Ika.

Setiap goresan sejarah yang hadir,

hanyalah penyepuh mutiara menjadi intan permata bangsa,

: Itulah Cinta menjelma!

 

Setiap ikhtiar dalam waspada,

adalah kepasrahan hidup yang nyata.

Kau akan tahu dibalik kepasrahan,

hadir keajaiban bangsa.

Negeri ini tetap kokoh sentosa,

atas kesadaran warga berjiwa merdeka

: Berkah rahmat Allah semata!

 

O, kawan!

Setelah kau usir penjajah,

inilah saatnya kau usir sifat tercela itu,

pada jiwa warga bangsamu,

dengan Cinta,

kita ubah bersama-sama,

: Pemarah berganti peramah!

 

Kita telah mereguk jerih payah para pahlawan,

inilah saatnya kau akan menjadi pahlawan,

yang harus menanam kebajikan dalam kekinian,

: Agar dikunyah kedamian anak cucumu mendatang!"

(Puisi Kiai Budi: 09/03/2019)



*M. Nurroziqi, Anggota Komunitas Caping Gunung Tuban. Penulis buku-buku Motivasi Islam. Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya.


Ingin tulisanmu dimuat di ESQNews.id? kirimkan ke email kami di [email protected]


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA