Selasa, H / 21 Oktober 2025

Mereka Para Guru dan Murobbi

Selasa 24 Aug 2021 17:01 WIB

Reporter :Endah Diva Qaniaputri

Ilustrasi

Foto: theguardian.com

Oleh: Ahmad Meilani (Guru Siroh di MTs MILBoS)


ESQNews.id, JAKARTA - Suatu sore di awal tahun 2020, berarti sudah berlalu setahun ya, saya menemukan sebuah tulisan yang mungkin biasa saja bagi yang tak mengenal dunia para ‘pilar’ sebuah bangsa. Pilar suatu bangsa, merekalah para pendidik, para murobbi yang mengerti betul apa yang dulu dijalani para Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Profesi utama anbiya adalah mentarbiyah umat.


Dalam kesempatan sore itu, ada sebuah tulisan seorang profesor yang cukup menginspirasi, dalam tulisannya ia mengatakan begini: ''Bisa jadi hidup ini tidak perlu mewah bergelimang emas berlian. Cukup kita jika dicintai orang banyak, sebab pengabdian kita sebagai GURU.''


Dari tulisan singkat yang juga sederhana itu namun sangat dalam maknanya, sontak saja  imajinasi ini terbang menembus batas waktu dan jarak sejauh kemampuan daya imajinasi saya sebagai manusia biasa. Jauh, terbang melangkahi apa yang di hadapan, tapi sesekali singgah di masa lalu saat guru-guru bangsa dan juga para ulama berbangga karena anak-anak didiknya telah menjadi sosok yang bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya, bahkan  kemanfaatannya melintasi batas-batas teritorial negara dan benua.




Sebut saja bagaimana al Ustadz Aaq Syamsuddin sangat berbangga saat menyaksikan Mehmet al Faatih, remaja belia, salah satu muridnya itu sudah nampak tanda-tanda kebesarannya. Itu salah satu contoh saja, tentang kegembiraan para pendidik, para murobbi dan guru saat menyaksikan anak didiknya telah menjadi manusia seutuhnya yang bisa bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya. Ini berlaku bagi guru di manapun. Jika tidak percaya, buktikan saja.


Adapun dari kalangan sahabat dan tabi'in tentu tak terhitung jumlahnya. Setelah singgah di sana, di ratusan tahun yang lalu itu, imajinasi saya meluncur jauh meninggalkan hari ini dan kemarin yang telah jauh pergi, kini ia meroket jauh mengitari alam yang tak tahu apakah akan sampai usia biologis kita dan kawan-kawan guru dan para murobbi ke masa itu. Oh, itu masa depan namanya. Itu masih dalam alam imajinasi.


<more>


Tapi cepat atau lambat, saya yakin jika kawan-kawan para guru dan murobbi itu ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam mendidik pasti pada gilirannya akan merasa bangga. Tunggu saja momentumnya. Jangankan di alam baka, di dunia pun akan dirasa sebagai reward di muka.


Kita akan merasa berbangga saat menyaksikan mereka para murobbi yang berjuang membimbing anak-anak didik mereka dari sejak bangun tidur sampai menjelang tidur di malam yang berbeda. Berat, tapi sekali lagi rewardnya juga tak sederhana. Istimewa.


Beruntung sekali kalau kita berada di tengah-tengah mereka, para pendidik generasi itu, sehingga bisa sering berkaca tentang apa yang mesti di upgrade dari diri kita hingga bisa seperti mereka. Indahnya hidup bersama para penopang kebesaran suatu bangsa. Merekalah para guru.




Para murobbi dan guru-guru itu merupakan fasilitator yang sedang berjuang bagaimana mencari dan membuat anak-anak didiknya menemukan potensinya. Adapun setelahnya tinggal mereka menggoreskan penanya sendiri untuk membuat sejarah dunia dengan inovasi dan kreasi mereka untuk mewarnai dunia.


Apa yang tak ada di Eropa, Amerika dan semisalnya, ada pada lingkaran para murobbi pendidik generasi. Apa itu? Mengenal Rabb alam semesta. Supaya kala mereka semakin cerdas, nanti mereka tetap tahu posisi, tahu pijakannya di bumi dan tak merasa tinggi. Filosofi ‘ilmu padi’ jadi budi yang dijunjung tinggi.


Kalau kata salah satu dosen Bahasa Inggris jebolan Boston University dalam salah satu kuliahnya dia menasihati mahasiswanya agar tidak seperti dia saat dahulu kala, sambil mengenang masa kelamnya kala menuntaskan studynya di Holland dulu. Ia menegaskan, ''…biar nggak jadi layangan putus kayak saya dulu'' maksudnya jangan sampai lupa diri karena merasa tinggi.


Kawan-kawan para murobbi, para pendidik sejati itu sungguh luar biasa. Mereka sedang membuat desain agar para siswanya menjadi generasi pelanjut insan-insan beradab. Bercermin dari sang murobbi angkatan kedua umat ini, Abdullah bin Al Mubarok rohimahulloh yang menghabiskan 30 tahun untuk belajar ilmu adab, lalu sisanya 20 tahun untuk belajar ilmu pengetahuan yang dipelajarinya di majlis para ulama. Betapa untuk membentuk insan beradab itu butuh pada pengorbanan dan waktu yang tak singkat.


Hari-hari ini, para guru dan murobbi itu mungkin terasa berat, terkhusus bagi kawan-kawan yang masih muda-muda, kalau azam perjuangan untuk mendidik masih belum kuat, tentu perlu selalu mengoreksi diri dan menguatkan niat untuk mencari ridho illahi melalui jalan menjadi murobbi.


Tapi memang itulah para tulang punggung sebuah bangsa. Itulah para pemuda. Perlu kerja keras yang tak biasa untuk melahirkan generasi tangguh dan berwibawa, serta meneladani generasi mulia, generasi terbaik binaan Al Musthafa shallallahu’alaihiwasallam.


Kawan, kita sebagai angkatan muda tidak boleh kalah oleh orang tua yang bisa mengalahkan banyak pemuda dalam kesungguhan bekerja. Padahal dulu mereka sudah sangat renta, sedang memasuki masa ujung senjanya. Tentang siapa kita bicara? Salah satu contohnya di masa kini semisal tentang tokoh kenamaan PM tertua di dunia dewasa ini. Di usianya yang hampir seabad itu beliau masih begitu semangat. ‘The litle Soekarno’ orang menyebutnya. Tun M.


Yuk kita menengok tetangga kita, Malaysia misalnya, bagaimana 'Dr. M' panggilan akrab Dr. Mahatir Mohammad yang beberapa waktu lalu beliau masih aktif mengurusi urusan negerinya walau usia sudah sangat senja. Hampir satu abad, tapi harus bekerja setiap harinya 18 jam per harinya. Bukan soal agama yang kita bandingkan tapi soal semangat membangun bangsa untuk tetap bermartabat di kancah dunia.


Sobat, Anda adalah guru, para guru adalah tiang pancang negeri ini. Karena Anda pemuda dan pendidik generasi bangsa, ingat, dalam sebuah buku yang ditulis Mahmud Khalifah dan Usamah Qutb,  tulisnya, ''Guru adalah jawara hebat di dunia ilmu dan pengetahuan, cahaya yang menerangi kehidupan manusia, dan musuh serta pemusnah kebodohan. Para murabbilah yangmengembangkan dan mencerdaskan akal dan mentarbiyah akhlak. Oleh sebab itu wajib memuliakan, menghormati dan menghargainya.''


Mengapa? Sebab mereka para guru dan murobbi itu memanggul misi paling luhur, yakni misi ilmu dan pengajaran yang juga dulu dipikul dan dicontohkan sang penutup para nabi dan rasul Muhammad al Musthafa shallallohu'alaihiwasallam.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA