Jumat, H / 17 Mei 2024

Maju Seperti Korea dan Jepang? Kemendagri Siapkan Change Leader Bersama ACT Consulting Agar Menjadi Pemimpin Transformasional

Senin 03 Oct 2022 15:10 WIB

Reporter :EDQP

Potret saat kegiatan berlangsung

Foto: dok. ESQ

ESQNews.id, JAKARTA – Dalam rangka menindaklanjuti Roadmap Transformasi Budaya Kerja BerAKHLAK di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), pada Senin 3 Oktober 2022 ACT Consulting menggelar Pelatihan Change Leader Batch 1 untuk 35 peserta. Acara bertempat di Aula Gedung F Kemendagri dihadiri puluhan peserta yang berasal dari Pejabat Eselon 3 dan Analis Madya.


Kegiatan ini bertujuan untuk penerapan budaya kerja BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif) kepada Pegawai Negeri Sipil lingkup Kementerian Dalam Negeri. Maka dari itu perlu Change Leader, agar menjadi pembimbing bagi Change Agent untuk memonitor berjalannya Action Plan. 


Sebagai informasi, saat ini juga sedang berlangsung pengisian survei Indeks BerAKHLAK untuk 632 Kementerian/Lembaga/Daerah untuk sekitar 4 juta ASN di seluruh Indonesia. Sudah dimulai pada tanggal 29 Agustus 2022. Program ini dibagi dalam 4 batch, yaitu: Instansi Pemerintah wilayah Indonesia Barat, kemudian wilayah Indonesia Tengah, lalu wilayah Indonesia Timur dan yang terakhir Instansi Pemerintah Pusat.


Tujuannya agar program internalisasi BerAKHLAK ini tepat sasaran. Sebagaimana halnya ketika akan melakukan treatment kesehatan, maka harus dilakukan cek laboratorium (general check up). Sehingga bisa diketahui siapa yang menderita sakit dan sakitnya apa, lalu diberikan pengobatan yang presisi oleh ACT Consulting.


<more>


Dalam kesempatannya, Suhajar Diantoro – Sekjen Kemendagri hadir di pelatihan Change Leaders dan berharap para peserta bisa memahami tugas serta tanggung jawab sebagai change leader dan mendapatkan pembekalan keterampilan praktis yang diperlukan. 


“Change atau berubah itu filosofinya seperti Superman. Kata kata berubah mengandung harapan yang luar biasa. Bicara soal perubahan, saya teringat dengan Park Chung Hee (mantan Presiden Korea Selatan tahun 1963) yang bisa bangkit bahkan bersaing dengan Jepang. Padahal dulu Korea dan Jepang ini memiliki kehancuran atau kondisi yang sama. Lalu bagaimana cara mengejar Jepang? Park Chung Hee mengubah mindset seluruh pimpinan dan rakyatnya,” papar Suhajar.




Bahkan, kata Suhajar kondisi Korea dan Indonesia saat itu hampir sama, namun Korea melakukan change atau perubahan secara melesat misalnya kerja 20 jam dalam sehari.


“Untuk itu, kawan-kawan yang dipanggil dan terpilih hari ini diharapkan berada di kelompok sepertiga dari tubuh organisasi kita yang siap untuk memimpin perubahan ini. Supaya orang yang sepertiganya lagi bisa melihat kita untuk ikut berubah. Dan sepertiganya lagi bisa mengubah orang yang awalnya ragu secara perlahan akan menemukan pembuktian bahwa ternyata bisa melakukan perubahan menjadi lebih baik,” terang Suhajar.


Agar harapan tersebut terwujud, pria asal Karimun itu mempersiapkan para Eselon 3 ini agar menjadi pemimpin yang mampu mengelola kewenangan (pelayanan), mampu mengambil keputusan dengan tepat, serta mempertanggungjawabkannya.




“Seseorang yang mempunyai kewenangan itulah yang disebut pemimpin. Kepemimpinan itu bukanlah kesewenang-wenangan namun kepemimpinan itu adalah kewenangan melayani. Nah, ketika menjadi pemimpin itu harus hati-hati dalam mengambil keputusan, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan. Pemimpin yang tidak bertanggungjawab akan tersisih oleh waktu,” bebernya.


Lalu bagaimana cara pemimpin dalam bekerja untuk menunjang ketiga aspek (mengelola kewenangan, mengambil keputusan dan bertanggungjawab). Menurut referensi yang pernah ia baca, bahwa pemimpin itu harus sebagai role model, menjadi teladan dan mampu mencegah terjadinya hal hal yang buruk.


“Sebagai role model, tugas utama seorang pemimpin adalah mendidik (seperti guru). Bapak dan ibu yang Eselon 3 berarti mendidik para Eselon 4 dengan menjernihkan pola pikir mereka salah satunya. Agar membuat dunia menjadi lebih baik. Tugas berikutnya adalah menjadi pemimpin yang teladan. Konsepnya adalah ubah dulu diri kita baru mengubah yang lain,” tutur mantan Camat itu di atas podium.


Alasannya mengajak para peserta untuk berubah menjadi lebih baik adalah karena Kemendagri sudah sepakat untuk memperbaiki organisasi yang besar dimulai dari pemimpinnya. Kemana arah perubahan yang lebih baik? Seperti apa yang diharapkan? Yaitu Bangga Melayani Bangsa. Itulah yang terkandung dalam core values BerAKHLAK. Sehingga ujung change leader adalah mentransformasi Kemendagri menjadi organisasi pelayanan publik yang efektif.




Paparan yang disampaikan Suhajar dalam kurun waktu sekitar 30 menit itu disimak dengan baik oleh peserta pelatihan yang hadir secara offline serta Founder ESQ Group Ary Ginanjar Agustian secara daring.


“Saya kira apa yang disampaikan oleh Pak Suhajar sudah sangat cukup, jadi saya hanya mencoba membingkai dan menggambar supaya lebih mudah dipahami oleh semuanya apa yang disampaikan oleh Pak Sekjen. Apa yang disampaikan oleh beliau itu memacu semangat kita saat berbicara tentang Korea,” katanya dihadapan Suhajar, Suprayitno (Karo Ortala), para Eselon 3 dan Analis Madya melalui zoom meeting.




Nampak dari layar, pria mantan ASN itu membagikan foto saat Korea berada di 50 Tahun lalu. Dulu, warga Korea Per Kapitanya hanya 67 dollar dan seketika melejit di tahun 2016 yaitu 35.000 dollar. Apa yang dilakukan mereka supaya bisa menjadi superman seperti Park Chung Hee agar bisa terbang? Korea terbang menjadi global player atau pemain dunia dan bisa mengalahkan Jepang. Indonesia juga harus seperti itu, ungkapnya.


“Korea yang saat itu dipimpin oleh Park Chung Hee memegang teguh misi dan nilai-nilainya supaya bisa maju. Mereka memegang 2 kekuatan yaitu misinya: Urinara (demi bangsaku). Serta core valuesnya yakni diligence, self help, cooperation. Dan sekarang Indonesia juga punya 2 kekuatan itu. Misinya adalah Bangga Melayani Bangsa dan nilai nilainya adalah BerAKHLAK,” tuturnya.




Seketika dalam layar zoom terlihat sebuah gambar dengan judul total transformational model, tertera bagan bagan dan lingkaran bulat di tengahnya yang berwarna-warni. 


“Tentu, Kemendagri sudah memiliki visi misi dan target. Bicara soal Renstra pun, strategi sudah dicanangkan oleh Pak Menteri, struktur telah disiapkan oleh pemerintah, sistem pun sudah. Namun 70 persen kegagalannya itu bukan sebelah kiri melainkan sebelah kanan yaitu karakter, nilai, dan keyakinan,” ucap tokoh yang mengaku sudah menjadi akademisi selama 27 tahun.




Ditambahkan, Ary berkata, “Maka tadi Pak Sekjen mengajak bapak ibu untuk gencarkan sisi sebelah kanan yaitu mentransformasikan Kemendagri dengan semangat superman yaitu change atau berubah. Dan satu lagi tambahannya adalah dari lingkaran berwarna warni ini. Saya coba gambarkan di tengahnya itu hati Anda yang isinya ada 2 yaitu misi dan nilai. Misinya adalah bangga melayani bangsa, dan nilai di dalamnya itulah yang disebut BerAKHLAK.”


“Itu diejawantahkan dengan yang warna orange (Idealized Influence). Anda harus menjadi Pemimpin yang memiliki role model dari misi dan nilai itu. Kemudian yang kedua adalah Anda harus menjadi Pemimpin yang memberikan inspirasi atau sebagai seorang guru (Inspirational Motivation),” kata Pendiri ACT Consulting itu.




Lebih lanjut, “Yang ketiga adalah Anda sebagai pemimpin harus bisa menstimulasikan orang agar mengeluarkan ide-idenya (Intellectual Stimulation). Dan terakhir yaitu Pemimpin yang mampu memilih orang yang tepat agar sesuai dengan posisi yang dibutuhkan (Individualized Consideration). Kalau ini sudah dimiliki dan digabungkan maka peran Anda sebagai agen perubahan akan berhasil mengubah Kemendagri bahkan Indonesia menjadi lebih baik.”


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA