#CeritaHK
ESQNews.id, JAKARTA - Hari itu, aku kembali menatap layar laptop dengan mata lelah. Email dari bossku baru saja masuk, lagi-lagi dengan nada tajam, “Kenapa progress belum sesuai target?!” Tanpa salam, tanpa empati, hanya kalimat dingin yang langsung menusuk hati.
Aku menarik napas panjang. Sebenarnya timku sudah bekerja mati-matian. Beberapa di antara mereka bahkan pulang lewat tengah malam. Tapi bagi bossku, semua itu seolah tak pernah cukup.
Setiap rapat menjadi medan yang menegangkan. Ia bicara dengan nada tinggi, menyalahkan satu per satu anggota tim di depan semua orang.
Tidak jarang, ada yang keluar ruangan dengan mata berkaca-kaca. Aku mencoba menenangkan mereka, tapi dalam hati, aku juga remuk.
Namun, di luar ruangan, bossku tampak berbeda. Ia bisa tertawa, menyapa dengan ramah orang dari divisi lain. Ironisnya, ia sering bilang, “Kita ini keluarga. Di kantor harus saling mendukung.”
Aku tersenyum kecil setiap mendengar itu, senyum yang menyembunyikan luka.
Suatu malam, aku duduk sendirian di ruang kerja yang mulai gelap. Aku membuka file laporan yang harus dikirim sebelum tengah malam.
Jari-jariku gemetar, bukan karena lelah, tapi karena marah yang tertahan. Dalam hati, aku berteriak, Kenapa semua harus selalu salah di mata dia?
Lalu aku melihat pantulan wajahku di layar. Mataku sayu, pipiku cekung, dan di sudut bibir, ada senyum yang kupaksakan setiap hari. Saat itu aku sadar… mungkin aku bukan satu-satunya yang terluka.
Keesokan harinya, aku memberanikan diri menemui beliau.
“Pak, boleh saya bicara sebentar?” tanyaku pelan.
Beliau menatap sebentar, lalu mengangguk.
“Ada yang ingin saya sampaikan,” ujarku, mencoba menjaga nada suara tetap stabil.
“Kami semua ingin memberi hasil terbaik, tapi akhir-akhir ini suasana kerja terasa berat. Banyak yang merasa kehilangan semangat karena cara komunikasi kita.”
Beliau diam. Tatapan matanya tajam, tapi tidak seperti biasanya. “Kamu pikir saya tidak tertekan? Target terus naik, tekanan dari atas juga sama beratnya.”
Suaranya menurun, seperti seseorang yang akhirnya membuka lapisan topengnya.
Aku tertegun. Mungkin selama ini aku terlalu sibuk merasa tersakiti, hingga lupa bahwa di balik setiap tuntutan, ada beban yang juga ditanggung seseorang.
Beberapa hari kemudian, suasana mulai sedikit berubah. Beliau mulai mengapresiasi tim dengan lebih tulus, meski kadang masih kaku.
Kami pun belajar untuk lebih terbuka, bukan hanya bekerja, tapi juga berempati.
Aku sadar, konflik bukan selalu tentang siapa yang salah. Kadang, itu tentang dua orang yang sama-sama terluka tapi memilih cara berbeda untuk bertahan.
Kini, setiap kali melihat beliau tersenyum, aku tahu itu bukan lagi senyum yang penuh tekanan, tapi senyum seseorang yang sedang belajar, sama sepertiku.
Kami masih berjalan pelan, tapi di arah yang lebih baik. Dan aku belajar sesuatu yang berharga, kadang luka tidak perlu dibalas dengan amarah, cukup dengan kesadaran bahwa semua orang sedang berjuang dalam perannya masing-masing.
Di balik setiap senyum yang terluka, ada hati yang berusaha kuat.
Dan di balik setiap tekanan, ada kesempatan untuk tumbuh.
Hari ini, aku masih bekerja di tim yang sama. Tidak sempurna, tapi penuh proses. Kami masih sering berdebat, kadang salah paham, tapi kini kami belajar untuk saling memahami sebelum menghakimi.
Karena pada akhirnya, tempat kerja bukan hanya soal target dan hasil, tapi juga tentang manusia dan rasa.
Kita sering lupa bahwa boss pun manusia, punya rasa takut, tekanan, dan luka yang tak terlihat. Konflik bisa menjadi ruang pembelajaran jika kita memilih untuk memahami, bukan melawan.
Mari kita belajar melihat lebih dalam dari sekadar sikap dan kata-kata.
Mari kita tumbuhkan empati karena mungkin di balik senyum seseorang yang tampak kuat, ada hati yang sebenarnya sedang berjuang keras untuk tidak runtuh.
"Kelembutan dalam berbicara dan ketegasan dalam bertindak adalah dua hal yang menjadikan pemimpin sejati.” — Mahatma Gandhi
 
           
         
                   
                   
                   
           
           
           
           
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
			



