Kamis, H / 16 Oktober 2025

William Satriaputra, Tapak Tilasi Penaklukan Andalusia di Selat Gibraltar

Senin 10 Jun 2019 09:25 WIB

Author :Redaksi

William Satriaputra di Andalusia

Foto: dok. william

ESQNews.id - Alumni ESQ sekaligus ketua Forum Komunikasi Alumni (FKA) ESQ kawasan Europe Middle East Africa (EMEA) yaitu William Satriaputra menyusuri napak tilas sejarah penaklukan Andalusia.


Mengikuti ceritanya, kita seakan diajak berkunjung ke negeri perjuangan Islam di Spanyol. Sungguh bukti sejarah itu meninggalkan jejak yang dapat kita pelajari dan renungi. Kata Ayah Willy -sapaan akrab alumni ESQ pada William Satriaputra- bila kita tak bisa mempelajari sejarah, maka sejarahlah yang akan mengajarkan kita. Berikut kita simak penuturan Ayah Willy menyusuri Andalusia..


Menapak tilasi sejarah penaklukan Andalusia tak lengkap rasanya jika tidak disertai dengan menyeberangi Selat Gibraltar.

Selat yang diarungi oleh pasukan pengintai (satgas intel) sebanyak 500 orang yang dipimpin Tarif bin Malik pada tahun 710, 12.000 orang pasukan penggempur yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad pada tahun 711 maupun pasukan penggempur kedua sebanyak 18.000 yang dipimpin langsung oleh Musa bin Nusayr sebagai sebuah rangkaian aksi pembebasan Andalusia dari penguasa yang dzolim (Don Rodrigo atau Roderick) yang menguasai Spanyol, Portugal, Andorra dan sebagian Prancis.
 


Bukan hanya untuk alasan sejarah saja, menyeberangi Selat Gibraltar namun juga mengagumi salah satu keajaiban ciptaan Allah yang tercantum dalam Alquran.

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. (QS. Ar-Rahman : 19-20)


 
Dan Dia-lah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan), yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." (QS. Al-Furqan : 53).


 
Penguapan air di Laut Tengah sangat besar. Sedangkan air dari sungai yang bermuara di Laut Tengah berkurang.

Karenanya, air Lautan Atlantik mengalir deras ke Laut Tengah dan batas pertemuannya dapat dilihat di Selat Gibraltar. Keduanya tetap mempertahankan warna dan suhu masing-masing tanpa bercampur. Air dari Samudra Atlantik berwarna biru cerah, sedangkan air dari Laut Tengah berwarna lebih gelap.

Bahkan, air Laut Tengah menyusup di bawah air Samudra Atlantik hingga kedalaman 1000 meter dan tetap tak bercampur. Seolah ada dinding yang memisahkan. Masyaallah.
 
Hal ini karena keduanya memiliki karakteristik yang berbeda baik dari kadar garamnya, suhu maupun kerapatan air laut. Adanya perbedaan massa jenis, dan tegangan permukaan mencegah air dari kedua lautan bercampur, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. Dengan adanya pemisah ini, setiap laut memelihara karakteristiknya sehingga sesuai dengan makhluk hidup yang tinggal di dalamnya.


Tarifa

Tarifa ditaklukan Thoriq bin Ziyad pada  tahun 711. Mereka merapat dari Tanger menyeberangi selat Gibraltar kemudian merangsek hingga ke utara Spanyol.


Tarifa kota pantai paling ujung di Eropa yang pantai-pantainya selalu diselimuti angin kencang.
Disamping berkawan dengan angin .. desa nelayan ini juga mempunyai 4 pantai berpasir putih keemasan nan indah..
Sekarang Tarifa menjadi place to be di Eropa untuk windsurfing dan kite-surfing. Nama Tarifa di ambil dari nama Tarif bin Malik utk mengabadikan namanya.

Tak banyak yang tahu jika Tarifa memiliki salah satu kastil terbaik di Spanyol yang sarat akan cerita kepahlawanan.



Kastil de Guzmán

Castillo de Guzmán dengan gagahnya menghadap ke arah Afrika, berdiri di tepi pelabuhan yang melayani penyeberangan Tarifa menuju Tanger, Maroko. Selain sebagai pelabuhan, kastil ini berfungsi sebagai benteng pertahanan bagi kota paling strategis di tepi selat Gibraltar. Sejak dibangun oleh Khalifah Abdul Ar-Rahman III tahun 960, kastil Tarifa menjadi rebutan beberapa musuh seperti kerajaan Kirsten, suku barbar Almohad, dan juga bajak laut.


Tahun 1292 kerajaan Kristen yang dipimpin Raja Sancho IV dari Castilla berhasil merebut Tarifa. Kemudian ia memberi mandat kepada Alonso Pérez de Guzmán, seorang ksatria dan jendral Leon, untuk menjaga benteng dan kota Tarifa.



Bangsa Berber kembali menyerang Tarifa pada tahun 1294 dan berhasil menyandera anak Alonso Pérez de Guzmán. Mereka mengancam akan membunuh anak tersebut apabila Alonso tidak menyerahkan kastil dan Tarifa. Kisah kepahlawanan Alonso berawal ketika ia justru memilih untuk menjatuhkan pedang miliknya dari atas kastil daripada menyerah. Ia mengatakan pada suku Moor untuk membunuh sang anak dengan pedangnya. Aksi heroiknya tersebut membuat Alonso de Guzmán diberi julukan el bueno (yang baik) dan kastil tersebut dinamakan Castillo de Guzmán el Bueno.





Castillo de Guzmán terlihat sebagai benteng yang kokoh dalam mempertahankan pelabuhan Tarifa. Bentuknya padat terbuat dari bebatuan yang sudah diawetkan. Kastil ini memiliki dua ruang bawah tanah yang dihubungkan oleh serambi sempit.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA