ESQNews.id, MEGAMENDUNG - Dalam rangka memperkuat integritas dan kualitas internal para penegak keadilan, Pelatihan Sertifikasi Hakim Tipikor Angkatan XXV diisi dengan sesi istimewa bertajuk Training ESQ. Pelatihan ini berlangsung di Mahkamah Agung-Corpu, Megamendung.
Perhelatan dilaksanakan pada 15 November 2024 dan dipandu langsung oleh trainer ESQ senior, Coach Iman G. Herdimansyah (Trainer lisensi dari Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian) dengan total peserta sebanyak 82 hakim, terbagi dalam Kelas A (40 peserta) dan Kelas B (42 peserta).
Pelatihan ini menjadi wujud sinergi antara peningkatan kompetensi teknis dan pembangunan karakter, khususnya dalam ranah spiritual dan moralitas profesi hakim.
Fokus utama dari sesi ini adalah penguatan Character Building yang didasarkan pada tiga elemen penting: Grand Why, Inner Voice, dan Ultimate Vision, yakni sebuah pendekatan khas ESQ yang telah terbukti relevan dalam membangun kepemimpinan berintegritas.
Dalam kesempatannya, Pendiri ESQ Corp, Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian, turut menyampaikan apresiasi dan pesan spiritual yang mendalam: “Kekuatan Mahkamah Agung bukan hanya terletak pada atap dan tiangnya, tapi pada fondasinya — yaitu kekuatan spiritual.
Tanpa fondasi itu, bangunan sebesar apapun akan mudah runtuh. Mari jaga spiritualitas sebagai fondasi, agar lahir hakim-hakim yang kuat dan berintegritas sampai akhir masa tugasnya,” tutur Ary Ginanjar.
Pelatihan ESQ dalam sertifikasi ini menegaskan pentingnya mengintegrasikan aspek emosional dan spiritual dalam membentuk karakter hakim yang adil dan berwibawa.
ESQ Training bukan sekadar pelatihan motivasi, tetapi sebuah perjalanan batin yang menuntun para hakim memahami "mengapa mereka hadir sebagai pelayan keadilan", bukan hanya "apa yang harus mereka lakukan".
Memahami Hakikat Peran Hakim Lewat Grand Why
Menurut Coach Iman, pemahaman mendalam tentang Grand Why akan menuntun para hakim menyadari bahwa peran mereka jauh lebih besar daripada sekadar menegakkan hukum. Ini tentang misi kemanusiaan yakni memberikan keadilan yang berpihak pada kebenaran dan moralitas.
“Seorang hakim bukan hanya harus cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kecerdasan spiritual agar mampu menjalankan tugasnya dengan empati dan kebijaksanaan,” tegas Coach Iman.
“Dengan menggali grand why, mendengarkan inner voice sebagai panduan moral, dan menjaga ultimate vision sebagai arah perjuangan, para hakim akan tetap kokoh meski menghadapi tekanan dalam tugasnya.”
Inner Voice: Suara Hati sebagai Pedoman Etika Profesi
Inner Voice atau suara hati juga ditekankan sebagai bagian penting dari pelatihan. Sebuah integritas tak hanya diuji lewat hukum, tetapi oleh kemurnian niat dan kebersihan hati.
“Kode etik profesi sejatinya adalah kompas moral yang harus terus diasah,” tambah Coach Iman, “dan pelatihan ini menjadi ruang refleksi mendalam untuk memperkuat kompas tersebut.”
Ultimate Vision: Membangun Peradilan yang Lebih Bermartabat
Pelatihan ini juga mengarahkan peserta untuk membangun Ultimate Vision, yakni membentuk gambaran jangka panjang tentang sistem peradilan yang ideal, adil, berkelanjutan, dan berpihak pada kemanusiaan.
Dengan memiliki visi besar tersebut, para hakim diharapkan memandang tugas mereka sebagai bagian dari perubahan sosial yang lebih luas.
Suasana pelatihan berjalan penuh semangat dan interaktif. Salah satu sesi yang paling membekas adalah sesi “Pita Kehidupan”, yang menyentuh sisi reflektif peserta akan waktu, tanggung jawab, dan amanah kehidupan.
Raden Heru Wibowo Sukaten, S.H., M.H., Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Bengkulu, menyampaikan: “Pusdiklat ini memang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi juga memperkuat rasa percaya diri dan spiritualitas hakim.
Karena rasa tidak percaya diri bisa melumpuhkan, dan salah satu cara menguatkannya adalah melalui pembekalan rohani seperti ESQ Training ini.”