Kamis, H / 16 Oktober 2025

Berpuasa: Mendamaikan Masa Lalu

Selasa 28 Mar 2023 15:56 WIB

Reporter :EDQP

Ilustrasi

Foto: Tangkapan Layar

Oleh: M. Nurroziqi (Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya)


ESQNews.id, SURABAYA - Pada dasarnya, kehidupan hanya berkutat pada tiga masa saja. Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Ketiga masa itu bergulir bergiliran pada kehidupan. Kemarin, sekarang, dan besok. Sekarang ini, adalah masa depannya hari kemarin dan sekaligus masa lalunya esok hari.


Menyadari dan memahami soal masa atau waktu ini tidaklah rumit. Alias gampang saja. Akan tetapi, yang menjadi titik tekan dalam kehidupan adalah bagaimana kita semaksimal mungkin memanfaatkan waktu yang telah disediakan untuk kita jalani ini.


Waktu ini menjadi sangat penting sebab mengandung ruang kesempatan yang dianugerahkan Allah SWT kepada umat manusia.


Sudahkah kita mengisi waktu-waktu yang dimiliki dengan segala rupa yang menenangkan hati?


Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada dua ancaman yang musti kita pahami dan waspadai, yang jika tidak segera dibenahi akan menjadikan hati tidak tenang sama sekali.


Dua ancaman tersebut adalah trauma masa lalu dan kecemasan menghadapi masa depan. Dua hal ini, kerapkali menjangkiti manusia di zaman modern seperti sekarang ini.


Coba kita merenung sejenak, seharian ini seberapa besar ketenangan hati yang kita nikmati? Bandingkan dengan datangnya stres dan kegalauan yang menjangkiti diri?


Jika masih jauh lebih besar rasa tenang di hati yang dinikmati, maka syukur alhamdulillah harus banyak-banyak kita haturkan kepada Allah SWT. Tetapi, jika yang terjadi sebaliknya, maka marilah instrospeksi diri.


<more>


Mengenai masa lalu, jika kita bisa memanage dengan baik, tentu akan menjadi bekal luar biasa di dalam menghadapi masa-masa yang akan datang. Namun, jika tidak dikelola dengan bijak, justru akan menjadi duri-duri yang merintangi langkah kaki.


Menyikapi masa lalu, tentu diperlukan hati yang lapang dan pikiran yang tenang. Jika kemarin-kemarin masih terdapat banyak kekurangan dan masih terjadi kesalahan, maka yang pertama sekali dilakukan adalah keikhlasan hati untuk mengakui bahwa memang itu sebentuk kekurangan dan kesalahan yang memang dilakukan. Bukan malah berjibaku mencari pembenaran-pembenaran. Mengakui sebagai sebuah kekurangan atau kesalahan adalah fondasi awal di dalam membangun perbaikan dan kebaikan diri.


"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Hasyr: 18)


Ayo kita relakan semua apa yang telah terjadi. Mari kita maafkan seluruh kesalahan yang pernah ada. Kita sendiri. Memaafkan diri kita sendiri. Ini sama sekali bukan tentang sikap permisif terhadap kesalahan yang telah kita perbuat. Bukan pembiaran atas kesalahan. Tetapi, kita sadar diri, sekali waktu, namanya juga manusia, pasti terdapat salah dan lupa. "Al-Insan mahallul khottho' wan nis-yaan."


Perbaikan atas diri, tentu saja diawali dari kesadaran betapa diri ini lemah, banyak kesalahan nan penuh dosa. Pengakuan akan kelemahan diri ini penting. Menentramkan dan menenangkan hati. Dari pengakuan inilah, kemudian diri merasa ada yang paling kuat dan berkuasa, yang teramat sangat patut untuk dijadikan sandaran. Tidak lain, Dia-lah Allah SWT. Dalam kehidupan, siapa lagi yang patut diandalkan selain Dia Yang Mahaperkasa.


Dan bulan puasa ini, adalah momentum yang sangat tepat untuk memperbaiki diri. Allah SWT memberikan fasilitas indah untuk kita memperbaiki diri, mensucikan diri dari segala salah dan dosa.


Jika kita sanggup menjalani laku puasa di bulan Ramadhan dengan baik dan benar, Allah SWT akan mengampuni dosa dan kesalahan kita di masa lalu. Sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah SAW; "Siapa yang berpuasa Ramadhan, mengetahui batas-batasnya, dan menjaga apa yang sepatutnya ia jaga, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (H.R Baihaqi dan Ahmad).


"Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni." (H.R. Bukhari dan Muslim).


Betapa Maha Rahman dan Rahim, Allah SWT, sehingga memberikan fasilitas kepada kita untuk menebus dosa dan salah di masa lalu.


Tidak hanya itu, Allah SWT juga menjamin mengucurkan banyak keberkahan bagi pelaku puasa di bulan Ramadhan. "Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan)." (H.R. Ahmad)


Dari itu, jangan sampai Ramadhan ini berlalu begitu saja. Tanpa perubahan di dalam diri kita. Sebab, puasa di bulan Ramadhan adalah mendamaikan masa lalu, wujudnya proses pembersihan diri, untuk selanjutnya diisi dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang baik-baik.


Sehingga, di bulan-bulan berikutnya, kita tinggal melanjutkan dan mengistiqomahkan segala apa yang sudah dibiasakan ketika menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.


Dan inilah keberhasilan berpuasa. Menjadi manusia bertaqwa. Diampuni semua dosa serta mendapatkan hidayah dan ma’unah untuk kemudian menghiasi diri dengan kebaikan-kebaikan yang senantiasa diistiqomahkan. Semoga.


"Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik." (H.R. Turmuzi)


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA