Jumat, H / 17 Oktober 2025

Jangan Hanya Menua (Refleksi Tahun Baru 2020)

Sabtu 11 Jan 2020 06:08 WIB

Author :M. Nurroziqi

ilustrasi

Foto: Dhokudo/ardhitopramono


Oleh: M. Nurroziqi

ESQNews.id - "Tidak akan tiba hari kiamat hingga zaman berdekatan. Setahun bagaikan sebulan. Sebulan bagaikan sepekan. Sepekan bagaikan sehari. Sehari bagaikan sejam. Dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma." (Al-Hadits).


Tentu, tidak sedikit di antara kita yang merasakan bahwa tahun-tahun ini berlalu dengan begitu cepat. Kenapa? Sebab, begitu banyaknya angan-angan dan ambisi yang ingin segera dicapai.


Malam sudah tidak sebagaimana malam-malam dahulu. Tenang, diam.  Istirahat semakin dinyamankan dengan suara-suara binatang malam. Suasana pun semakin hening untuk bermunajat. Tetapi, kini, sehari yang 24 jam itu menjadi sangat kurang dan kurang demi memenuhi ambisi dan nafsu diri. Tiba-tiba sejam. Tiba-tiba sehari. Seminggu. Sebulan. Tahu-tahu, tahun sudah berganti. Dan selalu menyisakan ambisi yang masih belum juga terpuasi. Kurang ini. Ingin begitu. Rasa-rasanya, cepat sekali waktu berlalu, tetapi apa yang didapat, tidak sampai pada kondisi memuaskan.

<more>

Sehingga, di pergantian tahun ini, semoga tidak semata berkenaan dengan hitung-hitungan apa yang harus didapatkan di tahun-tahun mendatang. Apalagi cuma berpesta ria menjaga mata sampai pagi dengan tradisi-tradisi yang tidak begitu berarti, yang hanya tentang kepuasan nafsu diri. Tetapi, di antara sekian banyak rencana dan target pencapaian di awal tahun ini, semoga tidak ada yang lupa untuk juga mementingkan perbaikan-perbaikan diri secara ruhani, dari dalam diri.


Pertimbangannya, bahwa segala rupa gebyar keduniaan ini tidak bernilai apa-apa. Bahkan, kerapkali hanya menjerumuskan pada kesengsaraan, jika tidak diawali dari kualitas diri yang benar-benar baik.


Jika misalnya, kemarin tidak atau kurang baik, ya sekarang ditaubati. Kemudian, sesegera mungkin diperbaiki. Kalau kemarin masih begitu ringan untuk melakukan ketidakbaikan demi menuruti ambisi, dan malahan ambisinya tidak kunjung terpenuhi, yaaa jangan trik ketidakbaikannya yang diperbaiki. Qiqiqiqiq. Sudah. Dihentikan saja. Diam. Dan taubat. Maka, dengan sendirinya akan muncul bibit kebaikan dari semaian taubat tadi.


Hidup di dunia ini, sederhana sebenarnya. Setiap kebaikan yang dibiasakan, ibaratnya bibit padi yang disemaikan. Supaya bisa subur dan menghasilkan panen berlimpah, maka harus dibarengi kesanggupan merawat dengan sebaik-baiknya. Namanya padi, jika ditanam, rumput pun pasti ikut tumbuh di sela-selanya, meski tanpa ikut ditanam. Kebaikan pun begitu, akan selalu ada bibit-bibit ketidakbaikan yang turut bersemi.


Nah, supaya kebaikan diri semakin tumbuh subur, maka dibutuhkan kecermatan untuk senantiasa membuang bibit-bibit ketidakbaikan tadi. Dan, untuk bisa cermat begini, harus belajar. Supaya semakin bisa membedakan, mana yang baik dan mana-mana yang tidak baik. Sebab, tidak sedikit jenis rumput yang hampir mirip dengan padi. Jangan sampai keliru. Sudah dicabut bersih dikiranya rumput, ternyata padi. Dan dirawat sepenuh semangat, eer ternyata tidak rumput. Qiqiqiqi. Jadi, begitu muncul bibit-bibit ketidakbaikan di dalam diri, segera cabut, jangan sampai bisa tumbuh. Begitu terus. Istikamah. Dengan demikian, otomatis segala jenis kebaikan diri akan cepat tumbuh dengan sangat subur.


Mari terus belajar. Senantiasa berproses menjadi manusia yang berbudi pekerti yang luhur. Tahu benar dan salah.

--- -- -

Semoga, Allah Swt senantiasa memberkahi kita semua dengan umur yang panjang. Sehat jasmani dan ruhani demi menghamba Ilahi. Dan semoga, kita diberkahi-Nya dengan rezeki yang banyak yang bermanfaat bagi kehambaan diri yang senantiasa menyembah hanya kepada Allah Swt.

Yaa Allah. Yaa Ghoffaar.

Kami bertaubat kepada-Mu. Ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orangtua kami, dosa istri-istri dan anak-anak kami, dosa orang-orang yang mencintai kami, lebih-lebih dosa mereka yang membenci kami, serta dosa semua yang mengenal kami.

Yaa Rahman. Yaa Rahim.

Jadikanlah kami semua termasuk hamba-hamba-Mu yang Engkau terima taubatnya. Jadikanlah kami semua termasuk hamba-hamba-Mu yang suci. Dan jadikanlah kami semua termasuk hamba-hamba-Mu yang sholih.

Yaa Jalil. Yaa Karim.

Anugerahilah kami semua rasa cinta kepada-Mu, rasa cinta kepada manusia yang paling mencintai-Mu, serta rasa cinta terhadap segala sesuatu yang menjadikan kami dekat dalam naungan cinta-Mu.

Yaa Muhaimin. Yaa Baari'.

Kami semua berlindung kepada-Mu dari segala sesuatu yang menjadikan kami semakin menjauhi-Mu, dari segala sesuatu yang memalingkan kami untuk meneladani Rasul Muhammad-Mu, serta dari segala sesuatu yang menjadikan kami tidak taat kepada-Mu.

Yaa Fattaah. Yaa Baasith.

Di awal tahun baru ini, perbaruilah diri kami agar menjadi semakin baik, semakin gemar berbuat sebanyak mungkin kebaikan.

Yaa Allah.

Robbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah, wa fil aakhiroti hasanah, wa qinaa 'adzaabannaar. Wa shollallahu 'alaa saidinaa Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa baarik wa sallim ajma'in.

Allohumma aammiin.

 

*M. Nurroziqi. Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya. Penulis buku-buku Motivasi Islam.



Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA