ESQNews.id, JAKARTA - “Wahai anak Adam, Aku telah memberi minum, tapi mengapa engkau tidak memberi
minum kepada-Ku?". "Wahai Tuhanku, bagaimana aku bisa memberi minum kepada-Mu, sedangkan
Engkau Tuhan semesta alam?"
Sesungguhnya hamba-Ku (si fulan) meminta minum kepadamu, tapi engkau
tidak memberi minum kepadanya. Bukankah kamu ketahui bahwa jika kamu memberi
minum kepadanya, engkau mendapati Aku di sisinya?”
Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam bentuk dialog yang
kelak akan terjadi antara Allah dengan hamba-hamba-Nya cukup memberi pesan yang
jelas, bahwa Allah selalu berada di tengah-tengah fuqara masakin, kaum lemah
yang membutuhkan pertolongan. Jika ingin menghampiri-Nya, kunjungilah mereka.
Jika ingin dekat kepada-Nya, maka dekatilah mereka. Allah selalu berada di sisi
mereka.
Harta itu semata-mata karunia Allah. Dia telah mengamanahkan titipan-Nya
kepada hamba-Nya. Ada
yang dititipi banyak, ada yang sedikit. Semua tergantung pada taqdir-Nya. Perbedaan banyak sedikitnya pembagian rezeki ini mengandung hikmah yang
luar biasa. Di samping agar tercipta iklim saling menolong antar sesama
manusia, sekaligus merupakan ujian dari-Nya. Apakah dengan rezeki yang banyak
mereka bersyukur. Apakah dengan rezeki yang sedikit mereka mampu bersabar.
Ingat ! Tuhan tidak berpihak kepada siapa-siapa. Dia tetap dzat Yang Maha
Adil, yang selalu memutuskan segala sesuatu dengan keadilan-Nya. Dia tidak
pernah terlambat sedetikpun untuk menolong hamba-Nya yang teraniaya, yang tidak
mendapat perlakuan adil dari sesamanya.
Itulah sebabnya, Allah selalu dekat dengan orang-orang
yang teraniaya. Allah memberikan kepada mereka do’a yang makbul. Allah selalu
mendengar keluh kesah mereka. Allah akan menjawab jeritan mereka. Allah akan
mengabulkan setiap permohonannya. Hati-hatilah dengan do’a mereka, begitulah
Rasulullah memperingatkan kepada kita semua.
Maka Ini adalah tugas tambahan bagi orang kaya.
Karenanya, tidak ada alasan bagi si kaya membangga-banggakan kekayaannya. Tidak
pantas baginya berbuat congkak, sombong, serakah dan aniaya, sebab di balik
harta itu ia terbebani tugas yang berat. Saking beratnya tugas ini, orang kaya
harus rela masuk surga paling akhir.
Di hari yang fitri ini, ada baiknya kita kembali
bertanya, apakah harta kita sudah bersih dari hak fakir miskin? Muslim yang
baik senantiasa membersihkan badannya, jiwa dan pikirannya, juga hartanya.
SELAMAT IDUL FITRI