ESQNews.id, JAKARTA - Menurut salah satu group kepenulisan (KMCO), Seting merupakan latar belakang cerita yang di dalamnya berisikan tentang tempat, waktu, lokasi, budaya, adat istiadat, kebiasaan, suasana, cuaca dan lain sebagainya. Jadi, seting itu bukan cuma diartikan dengan tempat terjadinya peristiwa. Semua keterkaitan dengan tempat itu bisa dikatakan sebagai seting cerita.
Misalkan, orang yang berdiri di siang hari di tepi trotoar. Maka, semua hal yang ada di situ masuk ke dalam seting. Seperti bahasa gaul khas anak muda dari orang-orang yang lewat hilir-mudik di trotoar itu, deretan papan iklan, kebiasaan orang yang cuek dengan orang lain (individualis), kebisingan suara mobil yang lalu-lalang, suara kondektur bus umum, suara penjual asongan, nyanyian pengamen jalanan yang lebih mirip lenguhan kerasnya kehidupan kota dan sebagainya.
Begitu juga ketika kamu mengambil seting pedesaan. Jangan memasukan unsur-unsur yang berbau kota secara berlebihan karena mustahil ada di desa. Seperti bahasa gaul, hampir tidak ada apalagi kalau desanya terisolir di pedalaman Papua sana.
Kesalahan dalam menghadirkan seting yang tidak rasional (sesuai dengan kontek waktu, zaman, tempat, budaya, kebiasaan dan lainnya) akan berakibat vatal. Bisa-bisa kamu dicap sebagai tukang bohong. Misalnya kamu tulis waktu liburan di Bogor mengatakan betapa dinginnya waktu salju turun di sana. Sampai kiamat pun salju tidak bakalan pernah turun dari langit Kota Bogor.
Ada hal penting yang harus diperhatikan, seting dalam cerpen diarahkan untuk menguatkan suasana dan membantu menggambarkan karakter tokoh. Sehingga seting cerita dalam cerpen tidak harus ditulis panjang, apalagi bertele-tele, hal-hal yang tidak ada hubungan dengan cerita dan tokoh sebaik-nya dihapus saja.
Sedangkan dalam novel, fungsi seting lebih luas lagi yakni bisa memberikan gambaran utuh tentang suasana cerita, background tokoh, memperkaya wawasan pembaca, bahkan seting bisa menjadi semacam “pengetahuan” atau “informasi”. Sehingga sah-sah saja seting yang begitu detail dalam novel akan sangat bermanfaat.
<more>
Seting dalam artian sederhana adalah tempat kejadian, suasana, kondisi dan hal-hal yang menjadi latar cerita. Dalam artian luas, bisa berkaitan dengan sejarah, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan kebiasaan suatu masyarakat termasuk dialek, suku, dan warna kulitnya.
Nah, berikut ini tips menulis seting yang dapat menghidupkan cerita dalam cerpen:
1) Tulis seting yang langsung berhubungan dengan tokoh, misalnya tempat tinggalnya, pekerjaannya, sekolahnya, dll.
2) Seting yang berkaitan langsung dengan cerita, hal ini yang berhubungan dengan tempat kejadian perkara saat cerita itu diceritakan termasuk juga suasana saat itu.
3) Penggambaran seting yang bersifat aktif, tokoh cerita dilibatkan langsung dalam penggambaran seting (narasi dan dialog).
Contoh penggambaran seting dengan narasi/ deskripsi:
Mewarisi tanah leluhur ini membuat aku muak dan stres. Punggungku setiap hari dipanggang matahari ketika harus mencangkul tanah tandus ini. Apalagi ini musim kering yang sadis. Sejauh mata memandang, tak ada tanda-tanda bahwa dulu di petak-petak persawahan ini tersimpan sejarah panjang tentang kehidupan. Lebih tepatnya, sejarah kemakmuran kampung kami.
Contoh penggambaran seting dengan dialog:
“Wan, aku tak sanggup mengolah lagi petak sawah ini,” aku membuang bada