Sabtu, H / 26 April 2025

Teknik Dasar Menulis Cerpen, KMCO: Ceritakan, Jangan Kasih Tahu Informasinya

Minggu 11 Apr 2021 10:11 WIB

Reporter :Endah Diva Qaniaputri

Ilustrasi

Foto: open.edu

ESQNews.id, JAKARTA - Kebanyakan penulis yang masih tahap pemula, sering kurang memperhatikan hal ini. Padahal, cerpen itu seni bercerita dengan kaidah-kaidah tertentu. Dan, pastinya berbeda dengan tulisan lain seperti berita, opini/artikel, esai, dan lain-lain. Bahkan dengan novel, menulis cerpen punya teknik tertentu. Mengetahui hal ini sedari awal akan sangat membantu para calon penulis. Khususnya yang ingin bisa cerpennya bisa benar-benar memikat hati pembacanya.

Materi ini akan disampaikan oleh tim KMCO atau sebuah komunitas yang menjadi wadah belajar kepenulisan. Menurutnya materi ini sebenarnya simpel saja. Mudah untuk diterapkan, yang dibutuhkan hanyalah konsistensi. Karena pancingan untuk kasih tahu hal-hal detail ketika menulis cerpen, jauh lebih besar godaannya. Seakan-akan itu "wajib" diketahui oleh pembaca. Padahal, itu semua bukan tempatnya di sini (cerpen).

"Supaya cerpennya menarik, ceritakan saja tapi jangan dikasih tahu informasi/kejadian/peristiwanya. Maksudnya bagaimana ya?" tim KMCO.

Begini, dalam menulis cerpen yang ingin didapatkan oleh pembaca adalah ceritanya apa. Jadi, sebagai penulis kita konsisten menceritakan mulai dari paragraf pertama sampai ending. Dan, pembaca diberikan kelonggaran untuk menikmati dan menyimpulkan cerita tersebut. Tentunya sesuai dengan persepsi, nalar dan pengalamannya sendiri-sendiri.

Nah, tugas penulis hanya bercerita. TITIK. Sampai sini harus diingat dalam-dalam, ya. Tugas penulis hanya bercerita. Tapi, usahakan ceritanya tidak ada. Ada riak emosi yang naik turun, kata-kata memikat, penulisan yang benar, dan cerita yang masuk akal (tidak terkesan ngarang bebas).

Biasanya teknik tulisan kasih tahu dengan detail apa informasinya itu cocoknya untuk berita, reportase/investigasi (hasil liputan jurnalistik), dan opini. Dalam teknik ini, penulis malah diharuskan menjelaskan sedetail mungkin kepada pembaca. Semakin dalam hasil analisisnya, semakin banyak yang dikasih tahu kepada pembaca. Dan, pembaca yang semakin dibikin manggut-manggut tanpa penyanggahan sedikitpun maka itu bisa dibilang berhasil tulisannya. Dan, ini tidak bisa diterapkan dalam menulis cerpen.



<more>

Ada banyak kondisi dalam cerita yang oleh penulisnya dikasih tahu blak-blakan kepada pembaca. Padahal, informasi ini bisa diskip/dilompati saja tidak perlu dijelaskan. Nanti pembaca bisa menyimpulkan sendiri sesuai versi mereka. Dan, pembaca tidak membutuhkan informasi detail seperti itu. Karena mereka lebih tertarik jalan ceritanya seperti apa, menarik atau membosankan. Semakin sering penulisnya memberi tahu kepada pembaca, justru ini bikin cerpennya garing dan bikin boring yang baca.

Seperti apa sih contohnya?

Banyak kejadian dalam cerpen yang harusnya penulis cukup menceritakan tanpa perlu memberi tahu (menjelaskan) secara langsung  informasinya kepada pembaca. Berikut contohnya:

Rio marah besar setelah aku ceritakan kelakuan Dini, pacarnya yang dia bela mati-matian dalam 2 tahun ini, yang ternyata tega selingkuh dengan mantannya dulu. Aku melihat sendiri Dini jalan sama Dedi malam minggu kemarin. Sebagai bukti, aku melihatkan foto hasil jepretan hapeku, momen kemesraan mereka itu kepada Rio. Jujur, aku kasihan dengan Rio, sahabat baikku sejak SMP dulu. Aku juga tidak habis pikir kenapa Dini begitu tega menghianati Rio.
(Dalam paragraf itu adalah informasi yang dijelaskan dengan gamblang oleh penulis. Kita seperti sedang baca berita gosip infotainment).

Bandingkan dengan paragraf berikut:

Seketika aku melihat bola mata Rio menyemburkan kobaran api. Dengus nafasnya bergemuruh menghantam kesadaranku. Wajah tenang itu berubah jadi badai, yang siap menerjang. Aku tak mengira keteguhan Rio selama ini yang sekuat karang punah ranah dalam hitungan detik. Aku mengurut dada, memasukan kembali ponselku ke saku celana. Tak semestinya aku sejauh ini masuk ke hubungannya dengan Dini. Tapi aku akan tetap berada di belakangnya. Dia sahabatku.

Nah, bagaimana rasanya setelah membaca paragraf kedua. Apa bedanya dengan paragraf pertama?

Sebagai penulis, kita butuh kreativitas untuk menghidupkan cerita. Sehingga cerpen kita lebih terasa gurih dengan kata-kata yang renyah dan nikmat di lidah pembaca. Karena itulah, sebagai penulis jangan malas untuk mengeksplorasi kata-kata yang menarik dalam bercerita. Hanya penulis cerpen malas yang hanya menggunakan cara-cara biasa yang lebih banyak kasih tahu kepada pembaca, dibanding mempercantik ceritanya dengan bunga-bunga kata yang enak dan efektif.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA