NEWS
ESQNews.id, JAKARTA - ESQ Corporation, ACT Consulting International, dan UAG University-ESQ Business School (sebagai bagian dari implementasi Pengabdian Masyarakat, Tridharma Perguruan Tinggi) saling berkolaborasi selenggarakan sesi eksklusif Leaders Breakfast Club (LBC) bertajuk "Manajemen Talenta Berbasis AI Menghadapi Gig Era" pada Kamis tanggal 23 Januari 2025.Kurang lebih ada 700 orang dari beragam segmentasi (Pemerintahan, Lembaga, Perguruan Tinggi, Swasta, dan lainnya) berkumpul di moment tersebut baik secara luring di Granada Ballroom, Menara 165 maupun daring lewat Zoom Meeting serta Youtube.
Turut mengundang para tokoh terkemuka seperti Dr. Bima Arya Sugiarto (Wakil Menteri Dalam Negeri Kabinet Merah Putih), Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, SH., MH (Kepala Badan Kepegawaian Negara), Dyah Roro Esti Widya Putri, B.A., M.Sc (Wakil Menteri Perdagangan Kabinet Merah Putih), Dr. Muhammad Taufiq, DEA (Ketua Lembaga Administrasi Negara (LAN)).
Hadir pula sebagai panelis Mira Tayyiba, S.T., M.S.E.E (Dirjen Teknologi Pemerintah Digital Kementerian Komdigi), Bayu Hanantasena (President Director & CEO of Lintasarta), dan Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian (Founder & President of ESQ Corp.).
Moment ini dilaksanakan untuk memberikan kesempatan bagi para pemimpin untuk terhubung, menggali wawasan tentang manajemen talenta berbasis AI dan mendiskusikan langkah-langkah menuju kesuksesan organisasi.
Speech Para Narasumber
Bima Arya Sugiarto
"Hari ini kita semua bersiap untuk menuju Indonesia Emas dan salah satu syaratnya adalah penguasaan teknologi. Tapi catatannya adalah kita harus menguasai dan jangan dikuasai. Kita tidak akan digantikan oleh AI, tapi manusia-manusia penguasa AI akan menggantikan, akan menggeser manusia-manusia tanpa AI.
Jadi acara yang digagas oleh Dr. Ary Ginanjar ini, menyiapkan kita untuk menjadi penguasa AI berbasiskan nilai.
Diketahui, AI membantu kita untuk adaptif. AI menolong kita untuk menguasai teknologi. AI menjadi driving force bagi kita untuk memiliki kemampuan analisis. Dengan AI kita ikut dalam tren kekinian. Dengan AI otak kita tidak lagi tumpul.
AI memudahkan tetapi tidak menggantikan Bapak-Ibu sekalian. Banyak hal bisa menjadi mudah karena AI. Tapi tidak semua bisa dihilangkan, digantikan oleh AI. Kenapa? Karena visi tadi Bapak-Ibu itu bukan semata kalkulasi angka, tapi visi adalah nilai.
Visi adalah kesejahteraan, keadilan, kesetaraan itu adalah visi. Dan visi tidak bisa digantikan oleh AI. Dari mana datangnya visi yang bernilai? Visi yang bernilai datang dari jam terbang. Visi yang bernilai datang dari kematangan. Visi yang bernilai datang dari landasan moral.
AI juga akan menggantikan banyak sekali pekerjaan kita, tetapi AI tidak akan pernah bisa menggantikan cara berpikir kita atau mindset kita. Yakinilah bahwa hasil yang terbaik bukan AI ada di depan tetapi kolaborasi antara manusia dan AI.
Terima kasih sekali lagi Pak Ary Ginanjar atas terobosannya. Mudah-mudahan bangsa ini diberikan kekuatan untuk memaknai kemajuan teknologi secara arif, mendasari setiap perubahan dengan nilai-nilai ilahi dan dengan nilai-nilai duniawi. AI kita kedepankan tetapi tentunya habluminannas, kolaborasi, sinergi sama-sama menjadi landasan kita semua.
Jabatan ada batasnya, wali kota ada ujungnya, wakil menteri pasti ada expire-nya, tetapi persahabatan persaudaran selama hayat di kandung badan."
Ary Ginanjar Agustian
Ary Ginanjar memperkenalkan salah satu inovasi luar biasa dalam manajemen talenta. Ary Ginanjar sebagai sosok yang sangat dikenal dan fokus pada pengembangan manusia, AI dapat mendorong kemajuan manajemen talenta sekaligus memastikan aspek humanis tetap menjadi prioritas.
"Saat ini kita memasuki Era Gig. Era dimana semua perubahan terjadi begitu cepat dan tidak bisa diprediksi. Hal ini terjadi dalam segala hal, mulai dari sosial, teknologi, termasuk sumber daya manusia.
Untuk itu, kita membutuhkan sebuah tools untuk dapat memilih dan memilah dalam perekrutan talent dengan cepat. Bukan lagi dalam hitungan bulan dan minggu, tapi dalam hitungan menit dan dalam jumlah yang masal.
Kami, program studi psikologi UAG University mempersembahkan AI Talent Management, sebuah tools pertama di dunia manajemen talenta berbasis Artificial Intelligence. Semoga AI Talent Management ini dapat membantu organisasi dan korporasi dalam menghadapi Gig Era.
Gig era ini menggambarkan sebuah kondisi di mana ekonomi pun akan mengalami seperti halnya gig era. Sosial akan menghadapi gig era, teknologi juga menghadapi gig era, bahkan juga sumber daya manusia, pengelolaannya juga akan mengalami gig era. Turbulensi gig era sudah mulai kita rasakan.
Contohnya kemarin banyak yang memecat para milenial, padahal akan datang lagi gen alfa, gen beta. Situasi yang sama kita juga mungkin kaget ya, Bukalapak tiba-tiba harus menutup untuk produk barangnya. Kemudian kita masih ingat kita dulu pernah begitu semangat ketika Metaverse.
Sekarang bagaimana? Pemerintah juga sedang menyatukan 24 ribu apps untuk jadi satu, kita bayangkan itu. Saat yang bersamaan kita semua didorong oleh sumber daya manusia yang memiliki ciri yaitu gig human resources atau gig workers.
Sebuah posisi bisa jadi hilang, sebuah teknologi yang sudah kita terapkan, sudah investasi besar-besaran 2, 3, 4, 5 tahun kemudian tidak terpakai. Sementara tatangannya datang silih berganti.
Nah sekarang saya ingin membahas satu sisi yang tentu kita bersama-sama bagaimana kita menghadapi gig storm ini.
SDM kita contohnya, posisi apa sekarang yang statis tidak ada lagi, berapa lama posisi itu harus dimiliki. Sementara saat yang bersamaan kita membutuhkan SDM-SDM yang memiliki kompetensi dan memiliki agility.
Perpindahannya sangat cepat, mutasinya sangat cepat, sementara mencari mereka sangat membutuhkan biaya dan menghabiskan waktu. Cara normal di bulan ke-6, bulan ke-9 baru kita tahu ini cocok apa tidak, sebagian tidak cocok.
Tapi kita sudah terlanjur merekrut, tapi kita sudah terlanjur membiayai, sudah cocok 9 bulan kemudian pindah. Bayangkan situasi seperti ini, cara seperti apa yang harus kita lakukan sehingga kita bisa merespon gig era dimana semuanya serba tidak ada kepastian, semuanya serba cepat berubah, semuanya begitu gig atau hanya seperti performance musik lalu hilang dan kemudian masuk lagi dan mereka sudah tidak mau lagi bekerja.
Inilah yang akan kita bahas sama-sama, di sini sudah datang pembicara-pembicara yang hebat dimana hasil pembicaraan ini akan dibukukan karena ini adalah bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi UAG University atau ESQ Business School.
Dan inilah bagian dari Tridharma dimana hasilnya tentu kita akan sumbangkan, baik untuk pemerintah dan baik untuk swasta sehingga kita punya panduan. Karena cara belajar terbaik adalah belajar dari orang-orang yang berpengalaman.
Mudah-mudahan hasil pembahasannya hari ini bisa menjadi panduan dari para pakar-pakar kita, mereka bukan hanya pejabat, karena yang saya undang ini bukan hanya karena jabatannya tetapi karena kompetensi, ekspertis, dan integritas."
Uniknya, dasar-dasar atau konsep mengidentifikasi talenta seseorang ini sudah ditemukan 25 tahun yang lalu oleh Ary Ginanjar Agustian. Namun seiring perkembangan zaman, sekarang diramu secara digital, disupport dengan AI, lahirlah AI Talent Management ini.
Zudan Arif Fakrulloh
"Saya memberikan apresiasi yang tinggi dengan temuan dari UAG University, ESQ Business School di bawah naungan Pak Ary Ginanjar. Satu karya yang bisa untuk dimanfaatkan oleh semua pengelola sumber daya manusia untuk memilihkan orang bisa masuk ke dalam jabatan-jabatan tertentu.
Jadi ada sumber daya manusia, ada kriteria jabatan dan di sinilah bisa dicari siapa yang tepat duduk dalam jabatan itu dengan pendekatan Talent Management atau TalentDNA berbasis artificial intelligence.
Nah ini bagus sekali, saya mendukung bagaimana kita semua dapat memanfaatkan program ini atau menggunakan alat ini untuk bisa mencari sumber daya manusia yang tepat, untuk duduk dalam jabatan yang tepat.
Karena kita tahu setiap organisasi punya tujuan dan kita di dalam bernegara ada program besar yang harus kita tuju. Program Bapak Presiden yaitu Asta Cita dan tujuan negara yang ada dalam konstitusi.
Mudah-mudahan dengan ciptaan Pak Ary Ginanjar ini kita bisa memilih ASN yang tepat untuk mewujudkan program Asta Cita dan mewujudkan tujuan negara yang ada dalam konstitusi."
Dyah Roro Esti Widya Putri
"Saya mengapresiasi setinggi-tingginya kepada ACT Consulting selaku penyelenggara atas inisiatif luar biasa dalam menghadirkan forum ini yang membahas manajemen talenta berbasis AI sebagai langkah strategis untuk mempercepat transformasi SDM Indonesia yang lebih inovatif, adaptif, dan berorientasi pada peningkatan daya saing nasional di era digital.
Dalam mendukung manajemen talenta, AI memainkan peran penting untuk memastikan bahwa organisasi memiliki individu dengan kompetensi terbaik yang mampu mendukung tujuan strategis jangka panjang.
AI dapat mengidentifikasi pegawai yang kompeten dan berkinerja tinggi berdasarkan data historis dan pola perilaku. AI juga dapat membantu menyusun rencana suksesi yang terukur memastikan organisasi mendapatkan kandidat pemimpin yang fit dengan kebutuhan organisasi.
Manajemen talenta berbasis AI harus telaras dengan visi, misi, dan nilai-nilai organisasi. Hal ini penting agar implementasi teknologi memberikan dampak yang optimal dan berkelanjutan. Hingga berikutnya, kolaborasi antar instansi.
Dalam mengadopsi AI, kolaborasi menjadi kunci. Pertukaran pengetahuan dan pengalaman antar instansi akan mempercepat proses transformasi digital dan mencegah terjadinya silo dalam penerapan teknologi.
Kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat dan mengelola talenta secara strategis menjadi keharusan bagi setiap organisasi, termasuk instansi pemerintah.
Sebagai penutup, saya ingin menekankan bahwa pemanfaatan AI dalam manajemen SDM adalah langkah strategis yang tidak hanya menjawab kebutuhan era transformasi digital, tetapi juga memperkuat fondasi untuk mencapai visi besar Indonesia Emas 2045.
Semoga diskusi dan upaya kita bersama yang dilakukan hari ini menjadi titik awal yang kuat dalam perjalanan kita menuju transformasi manajemen SDM nasional yang tentunya lebih baik lagi.
Muhammad Taufiq
"Temanya sangat menarik karena kita membahas tentang peran talent management atau talentDNA berbasis AI dalam menghadapi gig economy. Hari ini kita menghadapi satu fenomena yang baru dimana gig ecomony atau yang sifatnya semuanya sementara, pekerja sementara kita perannya semakin besar.
Kita kurang lebih 2 juta pekerja gig economy sedangkan di luar negeri mungkin sudah lebih dari 57 persen. Yang mana generasi milenialnya, generasi Z, mereka lebih memilih pekerja secara temporary ini menjadi sebuah tantangan menemukan talenta-talenta terbaik dalam konteks serba kesementaraan ini.
Untuk itu maka Pak Ary Ginanjar memberikan solusi yang sangat bagus yaitu bagaimana melakukan AI dalam mengelola talenta-talenta di era gig economy. Dan ini akan membantu para pengelola sumber daya manusia, para leader untuk menemukan talenta-talenta terbaik secara lebih akurat, secara lebih adaptif sesuai dengan perubahan-perubahan yang sangat cepat ini.
Apresiasi untuk Pak Ary Ginanjar, inovasi-inovasinya memberikan kontribusi yang nyata bagi transformasi bangsa kita."
Mira Tayyiba
Dalam kesempatannya, Mira membagikan pandangannya terkait peran teknologi dalam transformasi di sektor pemerintahan.
"Pada hari ini kami berkesempatan hadir pada forum manajemen talenta berbasis AI atau Artificial Intelligence di era gig atau di gig era. Kami mendapatkan inspirasi dari forum ini bahwa kami menyadari Artificial Intelligence atau AI merupakan suatu teknologi yang seperti biasa selalu ada dua sisi dalam satu poin.
Ada potensi yang bisa kita nurture tapi juga risiko yang harus kita mitigasi. Hari ini kita belajar bagaimana AI juga dapat ternyata dimanfaatkan untuk manajemen talenta. Jadi ini adalah suatu use case di bidang SDM yang saya pikir sangat berguna dan sangat relevan untuk kondisi saat ini. Dimana kita menghadapi tantangan untuk mengelola SDM yang berkualitas.
Berkualitas ini bukan hanya tepat secara kompetensi teknis tetapi juga tepat secara budaya, secara culture. Sehingga kita bisa menempatkan SDM ini di tempat yang tepat sehingga bisa menghasilkan suatu kinerja yang hebat. Ini semua menjadi fondasi bagi Indonesia Emas 2045.
Kami mengelola PNS-nya saja 3.000 atau ASN-nya 3.000, lumayan kerjaannya kalau misalnya lihat manual 3.000. Jadi ini sangat menginspirasi saya, karena ini bisa menjadi tools juga, organisasi yang efektif, kan kalau SDM-nya juga pas.
Dengan tools ini, kita bisa memilih SDM yang tepat untuk diletakkan atau ditugaskan ke tempat yang tepat juga. Sehingga dia juga bisa senang, sehingga dia bisa memberikan suasana yang tenang gitu kepada pimpinan dan tim.
Jadi, terimakasih Pak Ary, sudah dibukakan salah satu use case bagaimana penggunaan AI untuk manajemen talenta. Saya pikir terobosan dari Pak Ary sangat relevan dengan kondisi bukan hanya kami di Kementerian Komdigi tetapi di Kementerian lainnya juga bisa sangat terbantu."
Bayu Hanantasena
President Director & CEO of Lintasarta, anak perusahaan dari PT. Indosat Ooredoo Hutchinson Tbk. berbicara tentang bagaimana sektor perusahaan swasta dapat memanfaatkan AI untuk mendukung manajemen talenta di gig economy. Dari sisi swasta, teknologi, company.
"Jadi kita sekarang ada di revolusi industri yang keempat, semua revolusi industri di drive oleh teknologi. Yang kalau kita di dalam era itu tidak bisa melakukan semua yang harus dilakukan di era itu, tidak bisa adaptif, tidak bisa inovatif.
Maka kita tidak hanya akan ketinggalan, tapi kalau di bisnis sepertinya tidak punya pilihan. Jadi bahkan ada berapa yang bilang mungkin dalam satu dekade ke depan cuma ada dua jenis perusahaan. Yang satu perusahaan yang embrace AI, menggunakan AI semaksimal mungkin, tentunya AI itu part of digital.
Dan juga perusahaan yang out of business. Hari ini pun pengusaha UMKM yang single employee ya, mulai dari owner sampe customer service nya satu orang. Chief of everything loh.
Chief of everything, iya sudah fully digital. Jadi kita tidak punya pilihan. Nah sekarang pertanyaannya dimana kita mulai, dimana kita mencepat.
Tadi saya kira guru-guru saya ini mulai dari Dr. Ary, kemudian Prof. Zudan, tadi juga Dr. Taufiq, Dr. Bima juga, ini dokter semua nih. Kuncinya sekali lagi kembali ke people, pada talent. Jadi business is about people.
Jadi kita mulai dan akan berakhir dengan people. Jadi kunci semua itu ada di people. Nah ini pengalaman kami sendiri melakukan transformasi di perusahaan kami, kita mulai dengan people.
Start with the mindset yang betul dan tentunya kapabilitas tetap harus menjadi syarat utama seperti itu. Dan kenapa people jadi kunci? Semua hari ini, semua keputusan bisnis at the end of the day masih di people.
Kedepan meskipun ada AI, secanggih apapun AI, bahkan mungkin AI generasi berikutnya sudah Artificial General Intelligence, people atau leadership itu tidak bisa digantikan oleh mesin.
Kuncinya sekali lagi kita punya the right mindset, the right capabilities, tentunya kalau talent sudah digabung dengan proses dan juga semua teknologi yang mendukung kita jadi memiliki capabilities. Dan capabilities yang dibutuhkan hari ini sudah bukan opsi lagi. Jadi buat bisnis, either we embrace or out of business."
Demo AI Talent Management
Dengan harapan para peserta yang hadir lebih memahami dan bisa aplikasikan AI Talent Management, maka Putri Pamela (Managing Partner ACT Consulting) memandu perihal cara memilih talenta yang betul-betul berkomitmen, all out saat bekerja, dengan menggabungkan strategi human capital dan teknologi di dalamnya (Artificial Intelligence).
Info selengkapnya tentang AI Talent Management atau TalentDNA ada di link berikut ini: https://actconsulting.co/ai-talent-management/