Jumat, H / 29 Maret 2024

Profesi Zaman Now, Calon Certified Coach dari 3 Negara: Saya Sampai Menangis

Selasa 23 Mar 2021 13:07 WIB

Reporter :Endah Diva Qaniaputri

Potret saat kegiatan berlangsung

Foto: dok. ESQ

ESQNews.id, JAKARTA – “Saya sampai menangis dan meneteskan air mata. Ketika mendengar, merasakan, dan melihat sebuah teknik coaching yang sangat dalam. InsyaAllah saya akan implementasikan ilmu ini kepada ribuan leaders saya,” demikian yang disampaikan oleh Windu salah satu peserta Training ESQ 3.0 Coaching dari Indonesia kepada puluhan peserta lainnya pada Senin (22/3/2021) melalui zoom meeting.


Pelatihan coaching itu dilaksanakan selama 6 hari. Calon coach yang mengikuti training tersebut berasal dari 3 negara yang berbeda yakni Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.


Mereka dipandu langsung oleh pakar ilmu coaching di antaranya Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian (master coach), Coach Arief Rahman Saleh, Coach Huda, serta beberapa tim astrain.


<more>


“Manusia itu ditumbuhk kembangkan seperti api yang dinyalakan. Kita bisa melihat kekayaan Allah di dalam jiwa manusia kalau kita tau ilmu ini,” ucap Sang Founder ESQ itu.


Ary mengatakan seperti itu,  karena menurutnya manusia itu energinya perlu dihidupkan. Jika energinya keluar dari dalam diri, maka ia akan menemukan meaning and purpose kehidupan.


“Jika sudah certified coach artinya bapak, ibu, tuan, puan semua sudah boleh praktek untuk menolong orang lain, untuk menemukan solusi dengan cara coaching. Ini adalah profesi baru di zaman pandemic di zaman now,” lanjutnya.




“Coaching bukan nasehat, Coaching bukan memberikan motivasi, Coaching bukan sharing. Namun Coaching adalah seni bertanya,” jelas Arief.


Pria yang nampak murah senyum, begitulah pandangan dari para peserta untuknya.


Bagi Coach Arief, coaching itu ketika kita menggunakan terlinga untuk mendengar dan menggunakan lisan untuk menggali potensi melalui pertanyaan kepada siapapun. Bukan mengajarkan dari luar ke dalam, tapi bagaimana membangkitkan potensi dari dalam keluar menjadi karya.




“Coaching tidak cukup hanya intelektual, tapi coaching harus memadukan emosional dan spiritual. Harus menyatukan antara raga, pikiran, emosi dan meaning serta purpose sebagai makhluk Tuhan.”




Tim ESQ menanyakan salah satu simulasi coaching kepada partisipannya. Mereka pun terlihat serius serta fokus mendengar, melihat, dan merasakan namun dengan suasana yang tetap rileks.


Inner drive itu sangat kuat untuk mengembangkan potensi. Pak Ary padahal gak menyuruh ini dan itu tapi tiba-tiba muncul di kepala saya. Keren banget ilmu ini, saya harus aplikasikan kepada anak didik saya,” papar Qodar, kepala sekolah SD Islami Depok dengan sangat bersemangat.




Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA