ESQNews.id, JAKARTA – Setiap orang pasti pernah mengalami
yang namanya kegiatan tulis menulis. Entah karena aktivitas di sekolah, hobi,
menuangkan apa yang ada dipikiran kita, maupun sebuah pekerjaan yang disukai
dan bisa menghasilkan uang.
Pertanyaannya apakah kamu tahu dan sadar apa tujuan kamu
menulis?
Menurut KMCO (salah satu komunitas menulis), tentu ini
pertanyaan dasar yang sering diabaikan, padahal poin penting justru ada di
sini. Bagaimana kalian bisa menulis dengan baik tapi tidak tahu tujuan menulis
untuk apa.
Tujuan menulis bisa kamu tentukan sendiri. Dengan menentukan
tujuan dari awal, misalnya bisa memplot dengan benar tulisan seperti apa yang
ingin ditulis. Semakin jelas dan konkrit tujuannya, semakin membantu dalam
menulis nantinya.
Contohnya, tujuan menulis cerpen hanya untuk sekedar
menghibur hati yang galau, tentu akan berbeda jika diniatkan untuk ikut lomba.
Masing-masing tujuan yang sudah kita patok dari awal, akan
berpengaruh langsung pada persiapan dan proses pengerjaannya nanti. Dan, ini
sudahlah menjadi sebuah kepatutan dalam keseharian kita. Contohnya, persiapan
untuk pergi shopping ke mall tentulah
beda dengan belanja ke warung sebelah rumah.
Tapi anehnya, masih ada yang kurang memperhatikan hal ini.
Menulis cerpen sekedar menulis tanpa tahu tujuannya untuk apa. Jadi
motivasinya naik turun, dan sering mogok
tengah jalan. Katanya kehabisan ide, tapi sejatinya adalah terhadang
writingblock lantaran merasa tak pede. Efeknya pikiran bawah sadar tiba-tiba
ngadat, karena ketidakjelasan perintah "menulis buat apa.”
Untuk itu, atasi kendala ini sedari awal, supaya teman-teman
fokus untuk mencapai suatu target yang sudah ditulis dengan jelas.
Tujuan menulis itu setidaknya punya 4 hal di antaranya:
1) Apa targetnya: misalnya ikut lomba (sebutkan lomba apa), kirim ke koran apa, bikin antologi, sekedar posting di sosmed dll.
2) Ada batas tanggalnya, misalnya: kirim cerpen ke Kompas tanggal 27 Desember.
3) Realistis: bisa untuk diwujudkan, jangan ngawur bikin tujuan yang nyaris mustahil dicapai. Ini bukan membatasi, tapi lebih pada pencapaian yang bisa kamu usahakan secara maksimal. Dan, tiap orang pasti beda kemampuan dan ambisinya. Kamu tentu bisa mengukur kemampuan maksimalmu untuk mewujudkan tujuan tersebut.
4) Bisa dievaluasi jika gagal atau tidak tercapai tujuannya. Ini penting supaya kamu bisa belajar memperbaikinya untuk ke depan.
Semakin jelas tujuannya, semakin mudah kita mewujudkannya. Karena perintah yang jelas mudah dipahami oleh otak kita, dan ajaibnya itu seperti ada yang menggerakan kita untuk action ke arah tujuan tersebut.